IDI Akan Telusuri Penyebab Kematian Dokter Selama Pandemi Corona

Reporter

Friski Riana

Senin, 23 Maret 2020 10:15 WIB

Petugas medis unit gawat darurat Melasari, menunjukkan ruang isolasi untuk pasien virus corona atau Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Slamet, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa 3 Maret 2020. RSUD Dr Slamet Garut merupakan rumah sakit rujukan bagi pasien virus corona di Jabar, dengan menyediakan satu ruang isolasi dan 29 dokter beserta puluhan perawat. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

TEMPO.CO, Jakarta - Ikatan Dokter Indonesia akan menelusuri faktor penyebab sejumlah dokter meninggal selama situasi pandemi Corona atau Covid-19. "Tidak semua karena faktor Covid-19. Ini yang mau kita telusuri faktor apa saja," kata Sekretaris Jenderal IDI Adib Khumaidi saat dihubungi Tempo, Senin, 23 Maret 2020.

Adib mengatakan, dari data yang diterima IDI, ada enam dokter yang meninggal selama situasi pandemi ini. Dari jumlah itu, beberapa dinyatakan positif Covid-19. Namun, IDI belum mengetahui hasil laboratorium terhadap mereka. Selain itu, ada juga yang meninggal karena faktor riwayat stroke, melakukan perjalanan ke daerah terjangkit, dan kelelahan.

IDI, kata Adib, akan menelusuri apakah anggota mereka yang meninggal karena sebelumnya memiliki kontak dan merawat pasien Covid-19. "Kami coba telusuri karena informasi yang kami dapat tidak semua faktor kontak secara langsung dari pasien yang dia rawat," ujarnya.

Enam dokter yang meninggal selama situasi pandemi Corona ini di antaranya anggpta IDI Cabang Jakarta Selatan, Hadio Ali; anggota IDI Cabang Kota Bogor, Djoko Judodjoko; anggota IDI Cabang Jakarta Timur, Laurentius P; anggota IDI Cabang Kota Bekasi, Adi Mirsaputra; anggota IDI Cabang Medan, Ucok Martin; dan anggota IDI Cabang Bandung Barat, Toni D. Silitonga yang meninggal karena Jantung. PD IDI menyebut nama-nama dokter ini di akun Instagram resmi mereka.

Para dokter dinyatakan sebagai korban pandemi Covid-19, kecuali dokter Toni D. Silitonga yang meninggal karena kelelahan dan serangan jantung. Almarhum merupakan Kepala Seksi Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Bandung Barat, sekaligus Satgas Tim Penanggulangan Covid-19.

Advertising
Advertising

Menurut Adib, pola shift layanan bagi tenaga medis saat ini perlu jadi perhatian, karena jumlah tenaga medis berkurang. Hal itu terjadi karena banyak dokter spesialis, dokter yang merawat hingga sedang pendidikan di Jakarta, Surabaya, dan Malang, sudah diisolasi. Para dokter yang diisolasi ini memiliki kontak dengan pasien Corona dan merasakan gejala.

Selain itu, Adib juga meminta pemerintah memastikan ketersediaan alat perlindungan diri (APD) standar. APD tidak hanya untuk rumah sakit rujukan dan pemerintah. "Tapi perlu juga RS front liner, swasta, puskesmas, klinik karena mereka yang terima pasien dari awal."

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

4 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

5 jam lalu

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

Seorang dokter bedah Palestina terkemuka dari Rumah Sakit al-Shifa di Gaza meninggal di penjara Israel setelah lebih dari empat bulan ditahan.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

10 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

16 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

19 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

11 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya