GP Ansor: Ada AS di Balik Berita Wall Street Journal Soal Uighur

Selasa, 17 Desember 2019 07:02 WIB

Ketua GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas usai menemui Wakil Presiden Ma'ruf Amin di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, 4 Desember 2019. Tempo/Friski Riana

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas menyinggung kepentingan Amerika Serikat di balik pemberitaan Wall Street Journal tentang Muslim Uighur di Xinjiang, Cina. "Ansor dapat memahami bagaimana Amerika dan aliansinya melalui semua kanalnya bersuara untuk kepentingan dan keuntungan mereka," kata Yaqut dalam keterangan tertulis, Senin, 16 Desember 2019.

Wall Street Journal memberitakan bahwa pemerintah Cina bergerak meyakinkan berbagai pihak, mulai dari ulama, hingga politikus dunia untuk memalingkan muka dari pelanggaran HAM yang mereka lakukan di Xinjiang. Berbagai upaya termasuk lewat pemberian fasilitias hingga uang menjadi cara mereka.

Ormas Islam Indonesia disebut juga masuk dalam radar pemerintah Cina. Wall Street Journal menulis, pada Februari lalu, 15 orang dari PP Muhammadiyah, MUI, dan PBNU, plus tiga wartawan Indonesia, diajak berkunjung ke Xinjiang. Di sana, menurut laporan WSJ, mereka ditunjuki situasi muslim Uighur yang sudah direkayasa sedemikian rupa oleh pemerintah Cina, agar nampak baik-baik saja.

Yaqut mengklaim menerima dan mengolah data tentang Uighur. Dia mengatakan, tudingan persekusi yang dialami etnis muslim Uighur di Negeri Tirai Bambu itu diduga berlatar belakang ekonomi.

Dari data yang diperolehnya, ujar Yaqut, ada beberapa blok minyak dan gas, sumur gas, dan pipa gas di Xinjiang. Dia menyatakan bahkan ada 30 blok migas di daratan (onshore) yang ditawarkan pada 2017. Isu agama, budaya, dan lainnya membuat kejadian asli tampak kabur. Maka dari itu, dia menilai perlu ada klarifikasi atas berita WSJ tentang persekusi terhadap muslim Uighur. "Jangan-jangan ini hanya soal ingin menguasai lahan di Xinjiang yang kaya akan sumber daya alam."

Advertising
Advertising

GP Ansor memilih bersikap hati-hati. Namun di sisi lain dia mendesak segera ada klarifikasi dari Kedutaan Besar Republik Indonesia atau KBRI di Tiongkok dan Kementerian Luar Negeri perihal ini. Wakil Ketua Komisi II DPR ini meminta pemangku kepentingan terkait segera mendiskusikan apa yang bisa dan sebaiknya dilakukan Indonesia.

Yaqut juga mengatakan, kasus etnis muslim Uighur adalah masalah geopolitik. Politisasi terhadap Islam vs Tiongkok akibat kasus ini, ujar dia, justru membuat komplikasi dari kasus yang sudah rumit tersebut. "Ditambah dengan konstelasi politik hari ini yang cenderung berwujud sebagai neo cold war geopolitics, di mana ada benturan politik ekonomi dan ideologi antara Barat (Amerika) dan Timur (Tiongkok)."

Ansor memahami bahwa Cina berkepentingan mengundang dan memperkuat hubungan dengan para stakeholders dan key opinion leaders dari seluruh negara di dunia untuk melihat masalah Uighur. "Termasuk tokoh NU, Muhammadiyah, akademisi, dan lainnya," kata dia.

BUDIARTI UTAMI PUTRI | EGI ADYATAMA

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

9 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

14 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

15 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

15 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

19 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

22 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

2 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

2 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya