Direktur Pendidikan KPK: Ada Akun Bot Giring Opini Sudutkan KPK

Reporter

Antara

Jumat, 13 Desember 2019 14:05 WIB

Seorang pengunjuk rasa (kanan) melepas paksa kain selubung hitam yang menutupi tulisan dan logo KPK yang dipasang Wadah Pegawai (WP) KPK, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat, 13 September 2019. Pria tersebut tergabung dalam massa Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Relawan Cinta NKRI yang menggelar aksi di depan gedung KPK. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Giri Suprapdiono melihat fenomena di mana opini masyarakat disetir oleh robot-robot (bot) di media sosial.

"Jadi, sekarang perang media sosial itu pakai metodologi. Perang bertujuan membuat bimbang sikap publik pada pemberantasan korupsi. Dalam rangka menggiring opini pembenaran atau justifikasi digunakan bot-bot. Seperti yang diulas para pakar media sosial," kata Giri saat dihubungi Antara pada Jumat, 13 Desember 2019.

Giri mengatakan pemberitaan soal pemberantasan korupsi misalnya. Ia mengamati dalam kolom komentar berita sering kali akun bot mendominasi percakapan.

"Kalau dibaca sekarang media arus utama pada komentarnya, misalnya ada 500 komentar yang berbicara jelek soal KPK, ada satu saja yang dukung KPK. Seakan-akan yang benar yang banyak tadi," kata Giri. "Padahal yang mayoritas adalah akun-akun bot."

Dalam perang digital ini, kata Giri, masyarakat harus lebih cerdas dari bot tersebut. "Jadi, masyarakat harus lebih cerdas. Kalau namanya @Rieni7646 belum tentu @Rieni7646 itu manusia. Jangan-jangan bot itu," ujar Giri.

Ia mengatakan bahkan beberapa pendengung (buzzer) di media sosial menggunakan bot untuk menggiring opini. Misalnya, dalam konteks revisi UU KPK. Giri menuturkan beberapa akun bot menyerang lembaga antikorupsi ini dengan isu taliban dan radikalisme agar dukungan masyarakat berkurang.

"Misalnya, jenggotan dibilang taliban, padahal bisa saja dia anggota klub motor. Atau, orang abis salat Zuhur, tiba-tiba disuruh menjemput Novel Baswedan di depan kantor, lalu dijepret, masih memakai kopiah. Nah, itu dikira taliban," ujar Giri.

Bahkan, Giri menuturkan ada akun-akun bot yang membingkai seolah-olah KPK memusuhi Nahdlatul Ulama. Sebab, KPK menyelidiki kasus yang menyeret Ketua Umum PPP Romahurmuziy dan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi. Keduanya dekat dengan Nahdlatul Ulama (NU).

Advertising
Advertising

"Saya pernah ditanya, emang KPK menargetkan orang NU? Enggaklah. KPK cinta banget NU, Muhammadiyah, dan ormas lainnya. Banyak kerja sama kami lakukan. KPK itu imparsial, independen. Tidak berpihak, kecuali kebenaran dan keadilan," ujar Giri.

Untuk itu, Giri menyarankan agar masyarakat memperbanyak bertanya dan proaktif dalam forum-forum diskusi. "Forum-forum diskusi seperti itu penting. Karena metode perang pemikiran dan syaraf dalam mengendalikan otak manusia sekarang makin canggih," kata Giri.

Berita terkait

Apa Saja Tugas Pansel KPK, Bagaimana Aturan Hukumnya?

52 menit lalu

Apa Saja Tugas Pansel KPK, Bagaimana Aturan Hukumnya?

Jokowi akan mengumumkan anggota Panitia Seleksi Calon Pimpinan KPK pada Mei ini. Apa saja tugas Pansel KPK?

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Kantor ESDM dan PTSP Pemprov Maluku dalam Kasus TPPU Abdul Gani Kasuba

1 jam lalu

KPK Geledah Kantor ESDM dan PTSP Pemprov Maluku dalam Kasus TPPU Abdul Gani Kasuba

KPK menggeledah dua lokasi di Maluku perihal penyidikan perkara dugaan TPPU dengan tersangka eks Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba.

Baca Selengkapnya

Usai Jalani Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Serahkan Dihukum Apapun

1 jam lalu

Usai Jalani Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Serahkan Dihukum Apapun

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menyerahkan putusan Dewan Pengawas (Dewas) sesuai ketentuan hukum jika terbukti menyalahi wewenang dalam sidang etik.

Baca Selengkapnya

Mei Bulan Reformasi: Kapan #ReformasiDikorupsi Mulai Muncul, Apa Pencetusnya?

1 jam lalu

Mei Bulan Reformasi: Kapan #ReformasiDikorupsi Mulai Muncul, Apa Pencetusnya?

Mei menjadi bulan lahirnya era reformasi, tepatnya pada 1998. Hingga viral #ReformasiDikorupsi, peristiwa apa yang mencetusnya muncul?

Baca Selengkapnya

KPK Sita 1 Mobil Mercedes Benz Sprinter Milik Syahrul Yasin Limpo

2 jam lalu

KPK Sita 1 Mobil Mercedes Benz Sprinter Milik Syahrul Yasin Limpo

KPK menyita 1 mobil merk Mercedes Benz Sprinter 315 CD warna hitam dalam penanganan kasus TPPU Syahrul Yasin Limpo.

Baca Selengkapnya

Bahas Tugas KPK di Depan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, Nawawi Pomolango Singgung Program Makan Siang Gratis

3 jam lalu

Bahas Tugas KPK di Depan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, Nawawi Pomolango Singgung Program Makan Siang Gratis

Pimpinan KPK Nawawi Pomolango menyinggung program makan siang gratis yang digadang-gadang presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Baca Selengkapnya

MoU dengan UIN Jakarta, KPK Bahas Peran Lembaga Pendidikan dalam Pemberantasan Korupsi

6 jam lalu

MoU dengan UIN Jakarta, KPK Bahas Peran Lembaga Pendidikan dalam Pemberantasan Korupsi

Ketua KPK Nawawi Pomolango memberi kuliah umum tentang sinergi KPK RI dan peran lembaga pendidikan dalam pemberantasan korupsi.

Baca Selengkapnya

Konflik Kepentingan Keluarga, Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan

9 jam lalu

Konflik Kepentingan Keluarga, Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan

Kementerian Keuangan membebastugaskan Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean karena dugaan konflik kepentingan dengan keluarga.

Baca Selengkapnya

Nurul Ghufron Dipastikan Hadiri Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

10 jam lalu

Nurul Ghufron Dipastikan Hadiri Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

Nurul Ghufron meminta Dewas KPK menunda sidang etik terhadap dirinya pada 2 Mei 2024 lalu. Diduga dagang pengaruh soal mutasi ASN Kementan.

Baca Selengkapnya

KPK Tindak Lanjuti Laporan Terhadap LHKPN Kepala Bea Cukai Purwakarta, Diduga Ada Harta Tak Dilaporkan

11 jam lalu

KPK Tindak Lanjuti Laporan Terhadap LHKPN Kepala Bea Cukai Purwakarta, Diduga Ada Harta Tak Dilaporkan

KPK menjamin akan menindaklanjuti laporan terhadap LHKPN Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean.

Baca Selengkapnya