Sejumlah polisi berpatroli keliling Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Sabtu, 12 September 2019. Patroli rutin tersebut untuk memberi rasa aman warga pascaaksi unjuk rasa yang berujung anarkis pada 23 September 2019 lalu. ANTARA/M Risyal Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator Regional SafeNET Damar Juniarto menduga ada upaya untuk menutupi gejolak di Papua. Ketidakakuratan informasi ini membingkai Papua dalam gelapnya informasi.
Menurut dia, dunia internasional menerima informasi yang gelap mengenai Papua. Damar menyebutkan negara di sekitar Eropa dan New Zealand menjadi sasaran informasi sesat tentang permasalahan di Papua ini. "Kontennya diarahkan ke arah sebuah situs palsu," kata Damar, Kamis 17 Oktober 2019.
Selain itu, Damar mengatakan terdapat juga serangan siber pada situs web yang melaporkan pelanggaran Hak Asasi Manusia di Papua. Ditambah dengan akun media palsu, mobilisasi bot, serta web siluman untuk menyerang aktivis Papua.
"Kami sudah ada di siaga satu kebebasan berekspresi dan siaga satu perlindungan aktivis pro demokrasi," kata dia.
Damar menuturkan selain itu ada bentuk otoriter informasi atas pembatasan informasi yang kerap dilakukan. Misal dengan pemadaman internet, pemblokiran internet dan serangan siber.