Cerita Seorang Mahasiswa yang Diduga Disiksa Polisi Setelah Demo

Kamis, 10 Oktober 2019 07:08 WIB

Sejumlah anggota polisi melakukan barikade untuk menghalau peserta aksi unjuk rasa di Kantor DPRD Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin, 30 September 2019. Aksi mahasiswa dan pelajar yang menolak UU KPK hasil revisi serta sejumlah RUU itu sempat ricuh. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang anggota kepolisian tiba-tiba menghajar Muhammad Dzaki Izza Romadhon, salah seorang mahasiswa yang ikut unjuk rasa di DPR pada 30 September 2019. "Saat itu saya sedang berlindung di rumah penduduk di Palmerah," kata Dzaki menceritakan ulang kejadian itu pada Tempo, Rabu, 9 Oktober 2019.

Dzaki menuturkan, hari itu ia sempat mengikuti unjuk rasa di DPR. Namun, sekitar pukul 20.00 WIB, ia memutuskan pulang. Tiba-tiba, ketika sedang berjalan di sekitar Pasar Palmerah, ada tembakan gas air mata ke arah massa yang memang berkumpul di sekitar area itu.

Mahasiswa Binus ini pun kemudian mencari perlindungan di salah seorang rumah pendiuduk. Tak lama, anggota Brimob mendobrak masuk.

"Saya ditarik dari belakang. Saya dibanting, dipukuli, disikut di dalam rumah. Ditendang. Setelah saya lemas baru dibawa ke jalan raya. Lalu saya dihjar pakai helm dan ada yang menggunakan motor menabrak saya," kata Dzaki. Ia mengaku dikeroyok oleh 3-4 anggota Brimob.

Dari daerah Palmerah, Dzaki dibawa menggunakan motor oleh dua anggota Brimob. Dzaki dibawa ke suatu tempat tak jauh dari gedung DPR/MPR bersama sekitar 30 tahanan pelajar dan mahasiswa lainnya. "Kondisinya lebih parah dari saya," kata Dzaki.

Polisi, kata Dzaki, juga sempat menyundut ia dengan besi yang sudah dipanaskan. Dzaki mengaku masih bersyukur atas kondisinya, apalagi setelah melihat tahanan lainnya masih ditendang, dihajar sampai tak sadarkan diri.

Pukul 21.00, puluhan tahanan mahasiswa dan pelajar itu diminta membuka baju dan celana. Semua perlengkapan pribadi seperti telepon genggam, dompet dan kunci kendaraan ditahan aparat. Mereka diminta berjalan jongkok menuju kendaraan polisi untuk dibawa ke Polda Metro Jaya.

Pukul 22.00, para tahanan diminta masuk ke ruangan unit 3. "Di situ, mungkin polisi kesal, jadi kita dikata-katain goblok, bangsat, anjing, bego, semua kata kasar keluar," katanya.

Sesaat setelahnya, Dzaki diminta untuk membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Dia diminta mengaku melempar batu dan merusak fasilitas umum.

"Buktiin kalau ada CCTV saya melempar. Saya bilang saya enggak anarkis, memilok, merusak pagar, gedung DPR, enggak lempar batu ke aparat. Saya cuma ikut nyanyi, teriak, dan pulang." katanya.

<!--more-->

BAP itu selesai pukul 03.00 dini hari, Selasa 1 Oktober 2019. Dzaki baru diperbolehkan menghubungi keluarganya pukul 05.00 pagi, namun belum ada jawaban.

Advertising
Advertising

Sesaat setelahnya, polisi berusaha menghubungi Ibu Dzaki, Yeni Sri Handayani, untuk diminta datang ke Polda. Dalam sambungan telepon, Dzaki mendengar Polisi melaporkan kondisi Dzaki dalam keadaan sehat dan baik-baik saja. "Sehat dari mana?" katanya sambil sedikit tertawa.

Setibanya di Polda pukul 10.00 WIB, Yeni malah diping-pong mencari keberadaan anaknya. Yeni khawatir, pikirannya tak karuan. Ketika mengetahui keberadaan anak bungsunya, dia diminta menunggu bersama orang tua lainnya hingga Maghrib.

Tahanan pelajar dan mahasiswa dikumpulkan di musola pukul 18.00 untuk membaca surat Yassin bersama-sama serta mendengarkan tausiyah dari seorang ustad. "Saya lihat Dzaki. Waktu dia nengok, waduh lebam-lebam," kata Yeni.

Dzaki bersama beberapa tahanan akhirnya baru dibebaskan pukul 21.00. Yeni langsung membawa anaknya menuju rumah sakit agar diperiksa keadaannya. Mahasiswa angkatan 2018 itu mengaku tak merasa sakit.

"Fisik kalau laki-laki masih bisa ditahan. Tapi kalau mental itu diserang banget. Yang lain pada nangis. Saya kasihan. Saya enggak mikirin saya sendiri tapi saya mikirin yang lain. Saya kasihan yang STM, mental sih kena," katanya.

Yeni menyesali dan tak terima atas apa yang terjadi pada anaknya. Dia menyebut sumpah aparat mengayomi masyarakat tak ada artinya. "Yang tadinya saya menghormati polisi, ya enggak simpatik sama sekali," kata Ibu 59 tahun itu.

Dzaki pun tak muluk-muluk. Ketika ditanya harapannya pasca dikeroyok, dia hanya ingin bertanya pada aparat mengapa dirinya dipukuli meski tak berbuat anarkis. "Kalau polisi bisa kasih alasan jelas saya terima saya salah. Tapi kalau enggak bisa ya tolong dipakai lah otaknya. Jangan fisik doang. Mereka bilang tolong ubah pola pikirnya, tapi tolonglah kalian ngaca," kata Dzaki.

Berita terkait

Viral Dugaan Penyalahgunaan KIP Kuliah Mahasiswa Undip, Kemendikbud: Tanggung Jawab Kampus

1 jam lalu

Viral Dugaan Penyalahgunaan KIP Kuliah Mahasiswa Undip, Kemendikbud: Tanggung Jawab Kampus

Sejumlah mahasiswa penerima KIP Kuliah menjadi perbincangan karena menampilkan gaya hidup mewah.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

7 jam lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Boleh Bekerja Jadi Reseller Hingga Youtuber

8 jam lalu

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Boleh Bekerja Jadi Reseller Hingga Youtuber

Sebelumnya viral sejumlah mahasiswa penerima KIP Kuliah di Universitas Diponegoro atau Undip yang diduga melakukan penyalahgunaan bantuan.

Baca Selengkapnya

Ratusan Mahasiswa Universitas Indonesia Gelar Aksi Simbolik UI Palestine Solidarity Camp

11 jam lalu

Ratusan Mahasiswa Universitas Indonesia Gelar Aksi Simbolik UI Palestine Solidarity Camp

Ratusan mahasiswa Universitas Indonesia menggelar aksi solidaritas bagi warga Palestina dan mahasiswa di Amerika yang diberangus aparat.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Ungkap Rentetan Kekerasan Polisi Terhadap Mahasiswa di Makassar

13 jam lalu

Amnesty International Ungkap Rentetan Kekerasan Polisi Terhadap Mahasiswa di Makassar

Amnesty International Indonesia mendesak polisi segera membebaskan puluhan mahasiswa yang ditangkap saat Hari Buruh dan Hari Pendidikan.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Kecam Polisi Masuk ke dalam Kampus dan Menangkap Mahasiswa di Makassar

14 jam lalu

Amnesty International Kecam Polisi Masuk ke dalam Kampus dan Menangkap Mahasiswa di Makassar

Amnesty International kecam kekerasan polisi di dua kampus di Makassar saat Hari Buruh Internasional dan Hari Pendidikan Nasional.

Baca Selengkapnya

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

17 jam lalu

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.

Baca Selengkapnya

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

1 hari lalu

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

Kelompok Houthi di Yaman menawarkan tempat melanjutkan studi bagi para mahasiswa AS yang diskors karena melakukan protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

1 hari lalu

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

BRIN terus berupaya menemukan metode yang paling baru, efektif, dan efisien dalam proses pemurnian protein.

Baca Selengkapnya

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

1 hari lalu

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

Protes mahasiswa pro-Palestina di Universitas California, Berkeley (UC Berkeley) berlangsung tanpa penangkapan oleh polisi.

Baca Selengkapnya