Firasat Suharso Monoarfa Bakal Ditinggal Mbah Moen
Reporter
Jobpie Sugiharto
Editor
Amirullah
Selasa, 6 Agustus 2019 13:04 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana tugas Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Suharso Monoarfa menyatakan dirinya terpukul mendengar kabar KH Maimun Zubair atau Mbah Moen wafat tadi pagi, Selasa, 6 Agustus 2019.
Terpukul karena Mbah Moen sudah dianggap seperti orang tua sendiri. Apalagi, ada peristiwa tak biasa yang terjadi sebelum Suharso mendengar kabar duka dari Mekah, Arab Saudi, tersebut.
“Tadi pagi saya mau jalan ngantor dan bertemu orang. Saya memutuskan mau pakai kemeja batik,” kata Suharso kepada Tempo memulai ceritanya, Selasa, 6 Agustus 2019.
Dua-tiga kemeja batik dia lihat untuk dipilih. Akhirnya, pilihannya jatuh pada kemeja batik lengan panjang dominan warna biru gelap. Tak lama kemudian mantan anggota Watimpres itu sudah berada di dalam mobil untuk memulai aktivitasnya.
Di dalam mobil, tiba-tiba Suharso ingat sesuatu mengenai baju batik yang dikenakannya itu. “Saya baru menyadari bahwa ini baju batik yang biasa saya pakai untuk melayat ke orang meninggal.” Dan tak lama berselang, telepon selulernya menyampaikan kabar Mbah Moen meninggal di tengah menjalankan ibadah haji.
Menurut Suharso, Mbah Moen bukan hanya milik PPP. Justru setelah Reformasi 1998 kiai asal Rembang tersebut menjadi tempat berbagai kalangan untuk bertanya, mengonfirmasi banyak hal, sampai meminta nasihat. Maka itu Mbah Moen memunculkan kearifan dan tidak bisa dipengaruhi, apalagi mesti berkompromi atau memihak suatu pihak secara telak.
“Mbah Moen hanya berpihak kepada keyakinannya sendiri,” tutur Suharso.
JOBPIE SUGIHARTO