3 Jamaah yang Merayakan Lebaran Hari Ini
Reporter
Antara
Editor
Syailendra Persada
Senin, 3 Juni 2019 10:51 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tiga jamaah atau tarekat telah merayakan lebaran atau Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah hari ini, Senin, 3 Juni 2019. Sementara itu, Kementerian Agama baru akan menggelar sidang isbat sore ini. Berikut ketiga jemaah yang sudah merayakan lebaran.
1. Jamaah Tarekat Naqsabandiyah
Jamaah Tarekat Naqsabandiyah, Kota Padang, Sumatera Barat, merayakan lebaran atau Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah pada Senin, 3 Juni 2016. Mereka pun sudah menggelar takbiran pada Ahad, 2 Juni 2019 malam.
Baca: 6 Hal Tentang Tarekat Naqsabandiyah Sumatera Barat
Sebelumnya jemaah Tarekat Naqsabandiyah menyatakan satu Ramadhan atau awal puasa pada Sabtu, 4 Mei 2019. Penanggalan ini berbeda dengan ketentuan Pemerintah yang menetapkan hari pertama puasa pada Senin, 6 Mei 2019.
Syafri mengatakan penentuan satu Ramadhan telah dihitung sejak bulan Rajab lalu atau 8 Maret 2019. Ia juga menjelaskan Tarekat Naqsabandiyah menggunakan metode hisab dan rukyat. Hisab adalah penghitungan dan rukyat artinya melihat bulan.
Baca: Suasana Perayaan Lebaran Tarekat Naqsabandiyah pada Idul Fitri 2018
Ia mengatakan Jamaah Tarekat Naqsabandiyah ini bukan hanya berasal dari Kota Padang, namun juga dari berbagai kota dan kabupaten di sekitar, seperti Kota Solok, Kabupaten Solok, Pesisir Selatan dan lainnya.
<!--more-->
2. Jamaah Al-Muhdhor
Puluhan jamaah Al Muhdlor yang tersebar di berbagai daerah di sekitar Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, juga sudah merayakan lebaran. Bertempat di masjid Nur Muhammad yang terletak di Desa Wates, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung, para pengikut ajaran Habib Sayyid Ahmad Bin Salim Al Muhdlor ini merayakan lebaran dengan menggelar kenduri bersama usai salat Idul Fitri dilakukan pada pukul 05.30 WIB.
Baca: 260 Ribu Jamaah Salat Jumat Terakhir Ramadan di Masjid Al Aqsa
Ritual salat diimami langsung oleh Habib Hamid Bin Ahmad Al Muhdlor, pengasuh pondok pesantren yang juga putra almarhum Habib Sayyid Ahmad bin Salim Al Muhdlor. Menurut keterangan Habib Hamid Bin Ahmad Al Muhdlor, perayaan shalat Id lebih awal mereka lakukan setelah menjalani puasa Ramadhan selama 30 hari penuh.
"Kami melaksanakan puasa dua hari lebih awal dibanding umat Islam pada umumnya," kata Habib Hamid yang ditemui Antara pada Ahad, 2 Juni 2019. Ia menegaskan pelaksanaan shalat id maupun puasa Ramadhan lebih awal itu bukan diputuskan sembarangan.
"Sudah ada hitung-hitungannya berdasar petunjuk ahli Falaq. Keyakinan ini juga sudah diikuti jamaah Al Muhdlor sejak lama, sejak masa Habib Sayyid Ahmad bin Salim Al Muhdlor masih hidup," kata Habib Hamid.
Baca: H-3 Lebaran, Polisi Sebut Masih Banyak Warga Ibu Kota Belum Mudik
Namun, ia menegaskan bahwa dirinya dan para jamaah yang menggelar shalat id awal tak berkenan diliput media. "Ibadah itu urusan yang sangat pribadi. Kami ingin menjalani ibadah dengan tenang dan tidak perlu menjadi sorotan yang nantinya justru memicu perdebatan di masyarakat karena kami menjalani ibadah shalat Id lebih awal dibanding umat Islam pada umumnya," katanya.
<!--more-->
3. Jamaah An-Nadzir
Sedikitnya 100 orang jamaah An-Nadzir berkumpul di perkampungan Mukmin AAn-Nadzir di Kelurahan Romang Lompoa, Kecamatan Bonto Marannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, untuk melakukan shalat Idul Fitri 1440 Hijriah.
Baca: Sore ini, Kementerian Agama Gelar Sidang Isbat Penentuan Lebaran
"Shalat Id ini dilakukan setelah penetapan 1 Syawal yang jatuh hari ini setelah perhitungan memantau bulan dan tanda-tanda alam," kata Ketua Dewan Pengawas dan Penanggung Jawab Pendidikan dan Pembangunan Jamaah An-Nadzir Gowa, Ustadz M Samiruddin Pademmui seusai shalat Idul Fitri di Kabupaten Gowa, Sulsel, Senin.
Menurut dia, penetapan 1 Syawal itu dengan melihat bulan purnama pada penanggalan syamsiah 14, 15 dan 16, lalu menghitung mundur sebelum tiga hari terakhir bulan Sya'ban. Pada saat itu mengamati terbitnya fajar siddiq. Selain itu, juga dapat mengamati dengan melihat tanda-tanda alam lainnya seperti puncak air laut pasang atau pasang konda atau arah angin bertiup.
Seusai shalat Subuh, jamaah An-Nadzir sudah berbondong-bondong ke lokasi shalat Id dengan menggunakan jubah khas yang didominasi warna hitam. Jamaah laki-laki menggunakan sorban dan umumnya berambut warna kecoklatan yang menjadi ciri khas jamaah ini.
Baca: Mudik Gembira Menyambut Lebaran
Sedangkan jamaah perempuan, menggunakan gamis hitam dan mengenakan burka untuk menutupi wajahnya. Meski jauh dari kesan meriah karena jumlah jamaahnya cukup terbatas, tidak seperti jamaah pada hari raya pada umumnya, namun kekhusyuan jamaah tetap terlihat.