Rentetan Kasus Intoleran, Ratu Hemas: Ada Yang Coba Obrak-Abrik

Kamis, 11 April 2019 00:18 WIB

Permaisuri Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu Hemas, menerima tanda kehormatan Bintang Mahaputera Utama di Istana Negara, Jakarta, 15 Agustus 2018. Tempo / Friski Riana

TEMPO.CO, YOGYAKARTA - Permaisuri Raja Keraton Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu Hemas menilai rentetan peristiwa kasus intoleransi di Yogya belakangan seolah sengaja diciptakan dengan agenda kepentingan tertentu.

Simak: GKR Hemas dan 7 Tokoh Ini Dapat Tanda Kehormatan dari Jokowi

"Yogya itu setiap kali coba diobrak-abrik (lewat kasus intoleransi), supaya Yogya tidak tenang," ujar Hemas di sela menggelar pertemuan dengan perhimpunan Wanita Katolik Republik Indonesia, Parisada Hindu Darma Indonesia dan Aliran Kepercayaan di Keraton Kilen Yogya Rabu petang 10 April 2019.

Seperti terakhir kasus yang menimpa seniman Slamet Jumiarto, yang sempat ditolak mengontrak rumah di Dusun Karet Bantul karena aturan dukuh itu melarang non-muslim tinggal. Belakangan usai kesepakatan warga yang diskriminatif itu terbuka ke publik dan jadi sorotan, lantas dicabut oleh perangkat setempat.

"Kita mudah diserang dari luar kalau di dalamnya tidak kuat, persatuan sebagai warga negara itu penting sekali, suku apapun, agama apapun," ujar Hemas.

Advertising
Advertising

Hemas menuturkan sebagai bagian dari Indonesia yang majemuk masyarakatnya, Yogya harus bisa menjadi rumah nyaman bagi semua suku, agama, ras, dan golongan apapun.

"Saya harap (pemeluk agama) yang mayoritas dan minoritas di Yogya dan Indonesia bisa bersatu dengan tetap ngugemi (menghargai) budaya bangsa," ujarnya.

Hemas masih percaya tak ada senjata yang lebih ampuh jika masyarakat bisa bersatu tanpa mempersoalkan latar belakangnya.

"Saya berharap kelompok minoritas senantiasa terlindungi di Yogya ini, apalagi sekarang masanya dekat pemilu, banyak hoax, memecah belah" ujarnya.

Sebelum kasus senimam ditolak mengontrak terkuak, di Yogya sempat geger pemotongan nisan salib di pusar jenazah umat Katolik di pemakaman Jambon Kelurahan Purbayan, Kotagede Yogyakarta medio Desember 2018 lalu.

Lalu pada Oktober 2018, persiapan tradisi sedekah laut di Pantai Baru, Bantul dibubarkan oleh sekelompok orang yang menilai tradisi itu perilakua syirik dan bertentangan dengan agama. Juga medio awal 2017 silam Pemerintah Kabupaten Bantul akhirnya memutuskan mengganti camat Kecamatan Pajangan yang beragama Katolik, Yulius Suharta, setelah mendapat penolakan dari warga karena menilai sebagian besar penduduk wilayah itu muslim.

Simak berita tentang Ratu Hemas hanya di Tempo.co

Berita terkait

Halal Fair Digelar Akhir Pekan Ini di Yogyakarta, Pengunjung Langsung Membeludak

7 jam lalu

Halal Fair Digelar Akhir Pekan Ini di Yogyakarta, Pengunjung Langsung Membeludak

Halal Fair 2024 menyajikan nuansa berwisata syariah bersama keluarga, digelar tiga hari di Jogja Expo Center Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta International Airport Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Ini Kata Sultan HB X

17 jam lalu

Yogyakarta International Airport Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Ini Kata Sultan HB X

Yogyakarta International Airport sebagai satu-satunya bandara internasional di wilayah ini menjadi peluang besar bagi Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Respons Sultan HB X soal Penjabat Kepala Daerah yang Ingin Maju di Pilkada 2024

1 hari lalu

Respons Sultan HB X soal Penjabat Kepala Daerah yang Ingin Maju di Pilkada 2024

Sejumlah partai telah merampungkan penjaringan kandidat untuk Pilkada 2024 di kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Baca Selengkapnya

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

1 hari lalu

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

Puncak acara Jogja Fashion Week akan diadakan di Jogja Expo Center Yogyakarta pada 22 - 25 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya

Pilkada 2024, Golkar DIY Jaring 39 Bakal Calon Kepala Daerah

2 hari lalu

Pilkada 2024, Golkar DIY Jaring 39 Bakal Calon Kepala Daerah

Partai Golkar DIY telah merampungkan penjaringan bakal calon kepala daerah untuk Pilkada 2024 di lima kabupaten/kota

Baca Selengkapnya

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

3 hari lalu

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

Wisatawan diajak menjelajahi ekosistem sepanjang Sungai Winongo hingga muara Pantai Baros Samas Bantul yang kaya keanekaragaman hayati.

Baca Selengkapnya

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

4 hari lalu

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

Masyarakat dan wisatawan diimbau berhati-hati ketika beraktivitas di sekitar tebing pantai Gunungkidul yang memiliki tebing curam.

Baca Selengkapnya

Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

4 hari lalu

Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

JAB Fest tahun ini kami mengusung delapan program untuk mempertemukan seni dengan literasi, digelar di Kampoeng Mataraman Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

5 hari lalu

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

Penyair Joko Pinurboatau Jokpin identik dengan sajak yang berbalut humor dan satir, kumpulan sajak yang identik dengan dirinya berjudul Celana.

Baca Selengkapnya

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

5 hari lalu

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

Museum Benteng Vredeburg tak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia tetapi juga destinasi ikonik di kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya