TEMPO Interaktif, Jakarta:Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta iklan makanan tidak sehat untuk anak-anak dihentikan. "Makanan yang dikenal dengan istilah junk food itu lebih banyak merugikan dari pada memberikan manfaat," kata Huzna Zahir, pengurus harian YLKI. Ia merujuk hasil survei Consumer Internasional yaitu asosiasi organisasi konsumen yang beranggotakan 220 organisasi dari 115 negara tahun 2004 menunjukkan sebagian besar anak menyukai iklan dan mempercayai informasi yang dimuat didalamnya. Pada 2002, YLKI menemukan keputusan membeli produk orang tua lebih dari 50 persen dipengaruhi tekanan anak dan 33 persen dipengaruhi oelh iklan. Sedangkan di kalangan anak-anak keputusan membeli sangat dipengaruhi iklan. YLKI meminta komunitas periklanan, media, dan produsen melindungi kepentingan anak dengan membuat kode etik promosi atau marketing Pangan Tidak Sehat kepada Anak-anak. Kode etik itu, kata Huzna, setidaknya berisi larangan promosi atau iklan tidak sehat di sela-sela program anak antara pukul 06.00-21.00. Larangan iklan pangan tidak sehat menggunakan media baru seperti internet atau layanan pesan pendek (sms). larangan penggunaan selebritis, tokoh kartun atau perlombaan dalam pemasaran produk, serta laranagn penggunaan hadiah yang dapat mendorong anak meningkatkan konsumsi pangan tidak sehat. Huzna juga merujuk hasil studi yang dilakukan Yayasan Kakak Solo, Lembaga Swadaya Masyarakat Perlindungan Anak, bahwa pengeluaran rumah tangga untuk jajan anak di sebuah kelurahan mencapai Rp 3,46 miliar per tahun. Untuk kota Surakarta dengan jumlah 51 kelurahan mencapai Rp 176,46 miliar per tahun. Jumlah ini mencapai 4 kali anggaran pendidikan kota Surakarta 2008 senilai Rp 44,53 miliar. Aqida Swamurti