KSP Tanggapi Dominasi Polisi di Tim Gabungan Novel Baswedan

Selasa, 15 Januari 2019 18:14 WIB

Penyidik KPK Novel Baswedan melambaikan tangan di samping layar yang menunjukkan jam hitung sejak penyerangan terhadap dirinya, di gedung KPK, Selasa, 11 Desember 2018. Memperingati Hari HAM Internasional, Wadah Pegawai KPK meluncurkan Jam Hitung Novel Baswedan. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Kantor Staf Presiden (KSP) mengomentari sorotan mengenai dominasi polisi dalam keanggotaan tim gabungan untuk menangani kasus Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Jumlah polisi yang banyak dalam tim tersebut dinilai penting untuk membantu penyelesaian kasus.

"Polisi harus diletakkan sebagai mekanisme untuk forensik, untuk hal-hal yang sifatnya teknis," kata Deputi V KSP Bidang Kajian Dan Pengelolaan Isu Politik, Hukum, Pertahanan, Keamanan dan HAM, Jaleswari Pramodhawardani, di Pullman Hotel, Jakarta, Selasa, 15 Januari 2019.

Meski didominasi polisi, Jaleswari menyatakan kinerja tim itu patut ditunggu. Bagi dia, keputusan untuk membentuk tim merupakan bukti polisi memiliki niat baik dan pro aktif untuk menyelesaikan kasus tersebut, sesuai usulan Komnas HAM. "Kasus Novel ini, kasus hit and run ini, bukan mudah untuk diselesaikan juga," ujarnya.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian menerbitkan surat tugas pembentukan tim gabungan untuk kasus Novel Baswedan pada 8 Januari 2019. Dia tercantum sebagai penanggung jawab tim.Jaleswari Pramodhawardani. TEMPO/Yosep Arkian

Ketua tim adalah Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Idham Azis dengan 46 personel Polri sebagai anggota. Selain mereka, hanya ada tujuh ahli dan lima perwakilan dari KPK. Tim gabungan itu diberi waktu kerja enam bulan untuk mengungkap kasus Novel Baswedan.

Advertising
Advertising

Adapun Novel Baswedan meragukan kesungguhan Polri usai melihat komposisi anggota tim. "Kok isinya anggota Polri dan staf ahli Kapolri?" katanya saat dihubungi Tempo, pada Senin, 14 Januari 2019. Menurut dia, tim gabungan harus melibatkan tokoh sipil yang independen.

Novel disiram air keras pada Selasa 11 April 2017, usai menunaikan Salat Subuh di Masjid dekat kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Penyerangan itu membuat matanya rusak hingga harus berkali-kali dioperasi. Hingga kini, polisi belum juga menemukan pelaku penyerangan.

Saat ditanya soal lambatnya pergerakan polisi, Jaleswari balik bertanya. "Kata cepat dan lambat itu dari mana?" ujarnya. Pasalnya, menurut dia, polisi sudah bekerja sesuai aturan untuk menyelesaikan kasus Novel Baswedan.

VINDRY FLORENTIN

Berita terkait

Novel Baswedan dan Eks Pegawai KPK Lainnya Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK soal Dugaan Pelanggaran Kode Etik

7 hari lalu

Novel Baswedan dan Eks Pegawai KPK Lainnya Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK soal Dugaan Pelanggaran Kode Etik

Novel Baswedan dkk melaporkan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron atas dugaan pelanggaran kode etik karena telah melaporkan Anggota Dewas KPK Albertina Ho.

Baca Selengkapnya

Novel Baswedan Khawatir Penanganan Kasus Firli Bahuri Lambat karena Unsur Politis

9 hari lalu

Novel Baswedan Khawatir Penanganan Kasus Firli Bahuri Lambat karena Unsur Politis

Novel Baswedan mengakhatirkan proses yang lama itu akibat munculnya unsur politis dalam menangani kasus Firli Bahuri yang memeras SYL.

Baca Selengkapnya

Novel Baswedan Sebut Jika Polda Metro Jaya Tahan Firli Bahuri Bisa jadi Pintu Masuk Kasus Lainnya

9 hari lalu

Novel Baswedan Sebut Jika Polda Metro Jaya Tahan Firli Bahuri Bisa jadi Pintu Masuk Kasus Lainnya

Novel Baswedan menjelaskan, jika Firli Bahuri ditahan, ini akan menjadi pintu masuk bagi siapa pun yang mengetahui kasus pemerasan lainnya.

Baca Selengkapnya

7 Tahun Lalu Penyidik Senior KPK Novel Baswedan Disiram Air Keras, Ini Kronologi Teror yang Dihadapinya

21 hari lalu

7 Tahun Lalu Penyidik Senior KPK Novel Baswedan Disiram Air Keras, Ini Kronologi Teror yang Dihadapinya

Selasa subuh, 11 April 2017, tujuh tahun lalu eks penyidik senior KPK Novel Baswedan disiram air keras oleh dua orang tak dikenal. Begini kronologinya.

Baca Selengkapnya

Sikap Tokoh yang Surati Parpol untuk Dukung Hak Angket, dari Novel Baswedan hingga Suciwati

52 hari lalu

Sikap Tokoh yang Surati Parpol untuk Dukung Hak Angket, dari Novel Baswedan hingga Suciwati

Novel Baswedan mendukung hak angket karena tak ingin kecurangan dan praktik koruptif dalam pemilu dianggap lumrah atau dimaklumi.

Baca Selengkapnya

Kasus Korupsi di Internal KPK Terkuak, Novel Baswedan Khawatir KPK Hanya Jadi Bagian Masalah

52 hari lalu

Kasus Korupsi di Internal KPK Terkuak, Novel Baswedan Khawatir KPK Hanya Jadi Bagian Masalah

Eks penyidik KPK Novel Baswedan perlu kepemimpinan KPK yang berintegritas dan komitmen tinggi serta berkompeten untuk memberantas korupsi.

Baca Selengkapnya

Abraham Samad Turut Dukung Hak Angket DPR: Hukum Orang-orang yang Terlibat dalam Kecurangan Pemilu

53 hari lalu

Abraham Samad Turut Dukung Hak Angket DPR: Hukum Orang-orang yang Terlibat dalam Kecurangan Pemilu

Abraham Samad Ketua KPK 2011-2015 termasuk dari 50 tokoh yang menandatangani surat untuk ketua umum parpol agar gulirkan hak angket. Ini alasannya.

Baca Selengkapnya

50 Tokoh Surati Parpol Dukung Hak Angket Pemilu 2024, Begini Syarat Pengajuannya di DPR

53 hari lalu

50 Tokoh Surati Parpol Dukung Hak Angket Pemilu 2024, Begini Syarat Pengajuannya di DPR

Partai politik memiliki peran penting untuk merealisasikan hak angket dugaan kecurangan Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Alasan Novel Baswedan Ikut Dukung Surat Desak Parpol Gulirkan Hak Angket Pemilu 2024: Harus Diperiksa Tuntas

54 hari lalu

Alasan Novel Baswedan Ikut Dukung Surat Desak Parpol Gulirkan Hak Angket Pemilu 2024: Harus Diperiksa Tuntas

Eks penyidik KPK Novel Baswedan, satu dari 50 tokoh yang mengirimkan surat kepada partai politik untuk mendesak digulirkannya hak angket Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Korupsi di Internal KPK, Novel Baswedan ke Presiden: Jangan Hanya Diam Apalagi Justru Ikut Melemahkan

55 hari lalu

Korupsi di Internal KPK, Novel Baswedan ke Presiden: Jangan Hanya Diam Apalagi Justru Ikut Melemahkan

Eks Penyidik KPK Novel Baswedan, mengatakan banyaknya korupsi di KPK menggambarkan adanya upaya pelemahan terhadap lembaga antirasuah.

Baca Selengkapnya