TEMPO Interaktif, Karanganyar: Roda Toyota Alphard yang baru saja menggelinding turun membawa rombongan putra-putri Soeharto dari Astana Giribangun seperti menjadi aba-aba tumpahnya air dari langit. Hujan deras disertai hembusan angin menutup prosesi pemakaman mantan penguasa orde baru itu.Satu persatu orang terdekat Soeharto meninggalkan cungkup Argosari melalui dua pintu gerbang. Ari Sigit, cucu Soeharto, merupakan kerabat terdekat Cendana yang terlihat keluar paling awal. Dia mengantarkan sahabat kakeknya, Mahatir Muhamad meninggalkan pusara. Ari melepaskan kepulangan Mahatir ke dalam mobilnya.Mahathir yang datang terlambat ketika upacara pemakamn sudah usai justru yang terlihat sedih. Matanya berkaca-kaca. Ucapannya yang ditunggu wartawan pun tak tuntas keluar dari kerongkongan. Dia mengaku sedih karena kehilangan seorang sahabat. "Dia adalah............," katanya tertahan sebelum mampu meneruskan kalimat menjadi "Dia berjasa dalam membangun dan menjayakan ASEAN,"Tak lama berselang, Tommy Soeharto yang keluar. Wajahnya menampakkan rasa lelah meski dia berusaha tersenyum. Wartawan pun mengerubungi untuk sekedar mendapatkan sepatah dua patah kata dari mulutnya. "Kami sedang berduka," katanya mengelak.Kendaraan Tommy menderu meninggalkan Giribangun. Tiga kakaknya, Siti Hutami Endang Adiningsih alias Mamik dan Siti Hediati Hariyadi alias Titik Soeharto serta Bambang Triatmodjo secara bergiliran turun. Melalui pintu belakang mereka langsung dikelilingi belasan anggota Kopassus. Tak ada yang bisa mendekat. Di balik kerudung hitam, wajah mereka kelihatan sembab.Hujan deras itu baru reda sejam kemudian. Dari tempat itu, di areal parkir bagian bawah, masyarakat berebut secuil rejeki. Seribuan karangan bunga duka cita mereka preteli. Mereka berharap bisa mendapat bunga atau sekadar kardusnya saja. "Kardusnya dikilokan," kata Supari, salah satu warga yang mengumpulkan kardus.Pemulung barang bekas, terutama botol minuman bergerak cepat. Menjumputi botol plastik dan berharap karung mereka segera penuh. Mereka yang memiliki sepeda motor pun langsung tancap gas naik ke areal parkir terdekat menjemput penumpang yang tak kebagian mobil penjemput. Parno, warga Macanan, Kebak Kramat, Karanganyar menunggui seorang menteri yang sebelumnya dia antarkan karena terjebak macet. "Lumayan, tidak sampai sehari dapat seratus ribu rupiah lebih," kata lelaki yang sehari-hari menjadi buruh pabrik plastik ini. imron rosyid
"Pak Harto bilang, saya juga capek. Ibu Tien minta berkali-kali saya juga lengser keprabon. Saya juga merasa sudah waktunya mengundurkan diri" kata Emil menirukan kalimat Soeharto kepadanya.
Seluruh Keluarga Soeharto Berkumpul di Astana Giribangun Pagi ini
22 Oktober 2010
Seluruh Keluarga Soeharto Berkumpul di Astana Giribangun Pagi ini
Sekitar 300 orang anggota keluarga eks Presiden Soeharto Jumat (22/10) memadati Astana Giribangun di Karanganyar, Jawa Tengah. Selain mengelar doa, juga melakukan pemasangan nisan sebagai puncak rangkaian peringatan 1000 hari wafatnya Soeharto.