10 Perisitiwa Politik 2018: TGB pro Jokowi - Jenderal Kardus
Reporter
Friski Riana
Editor
Syailendra Persada
Jumat, 28 Desember 2018 08:02 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Voxpol Center Research, Pangi Syarwi Chaniago, mengatakan konstelasi politik sepanjang 2018 (Kaleidoskop 2018) termasuk bising dan memekakkan ruang opini publik.
Simak: JK Sebut Ada 3 Daerah Suara Jokowi - Ma'ruf kalah dari Prabowo
"Wajar dan bagaimana tidak, tahun 2018 adalah tahun pemanasan, di mana parpol sudah mendaftar sebagai peserta pemilu, dilanjutkan dengan pendaftaran capres dan cawapres ke KPU dan serta penetapan DPT pilpres, pileg 2019 oleh KPU," kata Pangi kepada Tempo, Rabu, 19 Desember 2018.
Berikut 10 peristiwa penting sepanjang 2018.
1. Pelantikan Bambang Soesatyo
Bambang Soesatyo dilantik menjadi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menggantikan Setya Novanto. Pelantikan Bambang ini cukup menjadi sorotan karena Setya Novanto lengser dari kursi Ketua DPR setelah terjerat kasus e-KTP.
2. Kartu Kuning dari Ketua BEM UI Zaadit Taqwa
Pada Februari 2018Ketua BEM UI Zaadit Taqwa memberikan kartu kuning kepada presiden Joko Widodo pada acara Dies Natalis ke-68 UI. Zaadit memberikan peringatan dan evaluasi di tahun keempat pemerintahan Jokowi. Salah satu isu tersebut adalah soal gizi buruk di suku Asmat, isu penghidupan kembali dwifungsi TNI/Polri, serta penerapan peraturan baru organisasi mahasiswa.
3. Penetapan nomor urut Partai Politik
Penetapan nomor urut partai politik peserta pemilu 2019 pada 18 Februari 2018 juga menjadi sorotan. Menurut Pangi, ini menjadi momen maha penting terutama bagi partai baru yang dinyatakan lolos seleksi. Ini langkah awal yang baik bagi parpol baru seperti partai Perindo, PSI, Partai Berkarya, partai Garuda yang dinyatakan resmi lolos sebagai partai peserta pemilu 2019.
<!--more-->
4. Prabowo sebut Indonesia Bubar 2030
Pidato yang cukup menghebohkan itu terekam dalam video berdurasi 1 menit 13 detik. Banyak yang mengecam dan banyak yang membela. Bagi kubu inkumben konteks dan makna pidato Prabowo tak pantas dan Prabowo terkesan sebagai pemimpin yang pesimis, bukan membawa harapan. Bagi oposisi, makna pidato Prabowo itu adalah Indonesia harus berdaulat secara politik dan ekonomi jika ingin kuat.
5. Ngabalin Mendukung Jokowi
Presiden Jokowi mengangkat politikus Partai Golkar Ali Mocthar Ngabalin sebagai Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden pada 22 Mei 2018. Padahal, Ngabalin sebelumnya banyak mengkritik pemerintahan Jokowi. Pada Pemilihan Presiden 2014, Ngabalin terdaftar sebagai Direktur Politik Tim Kampanye Nasional pasangan Prabowo-Hatta.
6. Pilkada Serentak 2018
Total ada 171 kabupaten kota dan tujuh provinsi yang ikut ambil bagian dalam Pilkada yang digelar pada 27 Juni. Yang menarik ada beberapa daerah di mana calon kepala daerah harus bertarung melawan kotak kosong seperti di Makassar.
<!--more-->
7. TGB Dukung Jokowi
Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang atau TGB Zainul Majdi menyatakan dukungannya kepada Jokowi pada Juli 2018. TGB mengatakan Jokowi layak diberi kesempatan sekali lagi menjadi presiden untuk meneruskan program kerjanya. Kabar ini cukup menghebohkan karena TGB mendukung Prabowo pada Pilpres 2014.
8. Cawapres Jokowi dan Prabowo
Drama siapa yang menjadi cawapres dari Jokowi dan Prabowo terjawab pada Agustus. Jokowi memilih Ma'ruf Amin sedangkan Prabowo menggandeng Sandiaga Uno. Dua nama cawapres pilihan calon presiden ini menjadi sorotan. Sebelum memilih Ma'ruf Amin, Jokowi padahal sudah menyiapkan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD. Namun, beberapa menit sebelum pengumuman pilihan Jokowi berubah ke Ma'ruf.
9. Jenderal kardus
Tidak hanya drama Cawapres Jokowi, di kubu Prabowo pun tak kalah seru. Keputusan Prabowo memilih Sandiaga mengundang reaksi dari politikus Demokrat Andi Arief. Ia menuding Sandiaga memberi uang kepada PKS, PAN, dan Gerindra sebesar Rp 500 miliar agar bisa menjadi cawapres Prabowo. Andi Arief bahkan menyebut Prabowo sebagai jenderal kardus. Baik Sandiaga ataupun partai yang dituduh membantah kabar tersebut.
10. Reuni 212 berbau Pilpres
Reuni 212 menjadi sorotan karena pentolan FPI Rizieq Shihab ujug-ujug menyinggung soal Pilpres di tengah ceramahnya. Dalam pidatonya itu, Ia meminta massa untuk memilih presiden dan wakil hasil Ijtima Ulama. Rizieq memang tidak menyebut nama namun Calon Presiden pilihan Ijtima Ulama adalah Prabowo dan Sandiaga.
Baca berita lengkap Kaleidoskop 2018 di Tempo.co