Situs Bukit Siguntang Rusak, Sejarawan: Hentikan Pembangunan

Reporter

Tempo.co

Editor

Ali Anwar

Selasa, 14 Agustus 2018 21:36 WIB

Pekerja sedang membangun galeri dam taman di atas area situs Bukit Siguntang, Palembang, Sumatera Selatan, 2018. Foto/Dok. Farida R. Wargadalem

TEMPO.CO, Jakarta - Para sejarawan dan arkeolog meminta Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan segera menghentikan proyek pembangunan galeri dan taman di atas area situs Bukit Siguntang, Ilir Barat I, Pelembang.

Baca juga: Kembalikan Poros Maritim, Hilmar: Dirikan Pusat Studi Sriwijaya

“Ini jelas-jelas telah melanggar Undang-undang Cagar Budaya nomor 11 Tahun 2010,” kata sejarawan Ichwan Azhari, yang surat pernyataannya diterima Tempo, Selasa, 14 Agustus 2018.

Surat tersebut ditandatagani bersama dengan arkeolog dari Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS) E. Edwards McKinnon seusai meninjau ke situs Bukit Siguntang di sela-sela Seminar Kesejarahan Sriwijaya dan Poros Maritim di Palembang, 9 Agustus 2018.

“Situs sejarah Bukit Siguntang yang sangat penting bagi sejarah Sriwijaya dan bagi memori kebudayaan Melayu, kami saksikan sendiri telah dirusak oleh dan atas nama kepentingan proyek pembangunan,” kata Ichwan.

Advertising
Advertising

Bukit Siguntang atau kadang disebut juga Bukit Seguntang adalah sebuah bukit seluas 16 hektare di ketinggian 29-30 meter dari permukaan laut, terletak sekitar 3 kilometer dari tepian utara Sungai Musi, Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Di area situs Siguntang ditemukan beberapa benda purbakala bersifat Buddhis masa Kerajaan Sriwijaya (abad ke-6-13 Masehi) dan makam leluhur orang Palembang. Dari benda-benda purbakala yang ditemukan, menunjukkan bahwa Bukit Siguntang adalah salah satu kawasan pemujaan dan keagamaan kerajaan.

Hal ini terlihat dari arca Buddha bergaya Amarawati (abad ke-2-5 Masehi) yang ditemukan pada 1920-an. Arca berbahan granit setinggi 277 senti meter tersebut disimpan di Museum Nasional, Jakarta. Di sana juga ditemukan fragmen arca Bodhisatwa, stupa, fragmen prasasti beraksara Pallawa, arca Kuweda, arca Buddha Wairocana.

Dihubungi terpisah, McKinnon mengatakan pembangunan galeri di atas area situs Bukit Siguntang amat ironis, karena pelakunya justru pemerintah. “Sungguh ironis, situs yang sangat menonjol telah menjadi semacam Disneyland dan telantar pula,” ujar McKinnon.

Saat melakukan peninjauan, ujar McKinnon, dirinya bersama sejarawan lain menyaksikan aktivitas pembangunan galeri dan taman di lahan situs Bukit Siguntang. Arkeolog asing itu memperkirakan perusakan situs Bukit Siguntang telah berlangsung cukup lama.

“Lihat saja, ada batu di pinggir tangga. Itu adalah batu palsu yang berbahan semen saat ini, dibuat tahun 1990an katanya. Padahal dahulu tidak ada,” ujar McKinnon. Di sana juga ada bangunan menyerupai pos yang rusak akibat tertimpa pohon tumbang. “Dan masih dibiarkan begitu saja.”

McKinno menyarankan, bukit itu seharusnya menjadi cagar budaya lokasi asal legenda Sri Tri Buana dan pendirian kerajaan Sriwijaya. “Bukan lapanan piknik,” ucap McKinnon.

Menurut McKinnon, walau pun perlindungan terhadap situs sudah diatur dalam UU 11 2010, namun para pejabat daerah di tingkat I dan II tidak mengerti atau tidak terhadap peduli nilai situs purbakala.

“Di Medan, sebagai contoh, situs Kota Cina dibiarkan untuk perumahan dan di Deli Serdang sebagian situs Benteng Puteri Hijau atau Deli Tua didozer oleh proyek perumahan, walau pun sudah ditentukan sebagai cagar budaya,” ujar McKinnon.

Sejarawan Universitas Sriwijaya, Farida R. Wargadalem, mengatakan dirinya sudah mendengar kalau di atas lahan situs Bukit Siguntang dibangun galeri pada Agustus 2017. “Saya langsung bertanya melalui grup Whats App,” kata Farida.

“Direspon pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan,” ujar Farida. Mereka beralasan, kata Farida, bangunan tersebut hanya untuk galeri dengan mengubah gerbang Bukit Sigutang.

“Saya katakan semoga sudah didahului dengan kajian akademik, karena itu (situs Bukit Siguntag) milik kita yang tersisa. Tapi tak pernah direspon sampai kini,” ucap Farida.

Mengutip pendapat arkeolog Universitas Indonesia Aris Munandar, Farida mengatakan di Bukit Siguntang menempatkan pot bunga saja sudah mengurangi nilai. “Karena memang situs sangat penting asal muasal bangsa Melayu. Di sana ditemukan prasasti Sriwijaya, arca Buddha terbesar dan tertua, struktur bata, manic-manik dan lainnya,” ujar Farida.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan Irene Camelyn Sinaga hingga berita ini ditutunkan belum memberikan komentar tentang masalah yang membelit situs Bukit Siguntang. Pesan melalui Whats App yang dikirim Tempo sejak pekan lalu berlum dijawab.

Berita terkait

Profil Adrian B. Lapian Sejarawan Maritim, Pernah Ingin Digigit Anjing Rabies

24 Januari 2024

Profil Adrian B. Lapian Sejarawan Maritim, Pernah Ingin Digigit Anjing Rabies

Adrian B. Lapian salah satu sejarawan maritim ternama di Indonesia. Ini perjalanan hidupnya, bahkan untuk bisa ke Jawa ingin digigit anjing rabies.

Baca Selengkapnya

Atasi Inflasi, Pemprov Sumsel Gelar Pasar Murah

25 November 2023

Atasi Inflasi, Pemprov Sumsel Gelar Pasar Murah

Operasi pasar murah diimbau tidak hanya di Pemprov tetapi juga diadakan di Kabupaten dan Kota

Baca Selengkapnya

Mengenang Des Alwi, Bung Hatta dan Sutan Sjahrir Mengajaknya ke Jawa dari Banda Neira

18 November 2023

Mengenang Des Alwi, Bung Hatta dan Sutan Sjahrir Mengajaknya ke Jawa dari Banda Neira

Des Alwi Abubakar dari Banda Neira diangkat anak oleh Sutan Sjahrir dan mantan Wakil Presiden Bung Hatta. Lalu, bagaimanakah profilnya?

Baca Selengkapnya

Hasil Sidang PKPU Sriwijaya Air: Kreditor Setujui Proposal Perdamaian

13 Juli 2023

Hasil Sidang PKPU Sriwijaya Air: Kreditor Setujui Proposal Perdamaian

Maskapai penerbangan Sriwijaya Air menjalani sidang putusan PKPU di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu 12 Juli 2023.

Baca Selengkapnya

Kontroversi Karya Slamet Muljana, Ini Profil Sejarawan dan Bapak Filologi

2 Juni 2023

Kontroversi Karya Slamet Muljana, Ini Profil Sejarawan dan Bapak Filologi

Slamet Muljana dikenal sebagai peneliti dan ahli dalam bidang sejarah dan filologi. Berikut prodilnya dan karyanya yang sempat kontroversial.

Baca Selengkapnya

Arus Balik Lebaran, Bandara Pangkalpinang Tambah Penerbangan Ekstra

28 April 2023

Arus Balik Lebaran, Bandara Pangkalpinang Tambah Penerbangan Ekstra

Bandara Depati Amir Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menambah penerbangan ekstra untuk melayani arus balik Lebaran.

Baca Selengkapnya

Sejarawan Kecam Penghapusan Penguasa Muslim dari Buku Sekolah India

14 April 2023

Sejarawan Kecam Penghapusan Penguasa Muslim dari Buku Sekolah India

Sejarawan menilai warisan para penguasa Muslim di India begitu besar dan membentuk budaya yang dikenal saat ini, seperti musik, tarian dan arsitektur.

Baca Selengkapnya

Hari ini pada 1406 Sejarawan Muslim Ibnu Khaldun Meninggal, Ini Profilnya

19 Maret 2023

Hari ini pada 1406 Sejarawan Muslim Ibnu Khaldun Meninggal, Ini Profilnya

Ibnu Khaldun dikenal sebagai ilmuwan yang memperlakukan sejarah sebagai ilmu serta memberikan alasan-alasan untuk mendukung fakta-fakta yang terjadi.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Asal-usul British Museum yang Dibuka Pertama pada 15 Januari 1759

15 Januari 2023

Kilas Balik Asal-usul British Museum yang Dibuka Pertama pada 15 Januari 1759

Setelah akuisisi Montagu House, galeri pameran pertama dan ruang baca bagi para sarjana di British Museum resmi dibuka pada 15 Januari 1759

Baca Selengkapnya

KNKT Rilis Hasil Investigasi Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 , Ada 6 Penyebab

10 November 2022

KNKT Rilis Hasil Investigasi Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 , Ada 6 Penyebab

KNKT melihat kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 terjadi karena masalah sistem autothrottle.

Baca Selengkapnya