TEMPO Interaktif, Solo:Kenaikan tarif masuk tol yang diberlakukan sejak 1 September lalu langsung berdampak pada kenaikan pengeluaran para operator bus jurusan Solo-Jakarta. Mereka mengeluh karena terjadi pembengkakan biaya operasional, sementara sulit untuk menaikkan tarif penumpang.Biaya operasional sejumlah operator bus meningkat sebesar 20-25 persen akibat kenaikan tarif masuk ruas jalan tol tersebut. "Kenaikan biaya operasional itu tak bisa dihindari lagi, sementara kami sulit untuk menaikkan tarif penumpang," ungkap Budi Narwanto, pemilik PO Bus Sedya Mulya, Selasa (11/9).Menurutnya, jika tarif penumpang dinaikkan, pasti akan menuai protes penumpang, atau setidaknya akan terjadi penyusutan penumpang. "Jadi saat ini beban kenaikan operasional itu masih ditanggung oleh kami. Apalagi kompetisi di jasa transportasi ini sangat ketat," paparnya.Hal senada juga dialami PO Rosalia Indah. Menurut Sudarto Achmad, Manajer Pemasaran Rosalia Indah, biaya operasional berupa uang saku untuk kru 40 unit bus yang diberangkatkan setiap harinya ke Jakarta naik sebesar 25 persen. "Dan kami tidak bisa gegabah membebankan biaya tersebut kepada konsumen dengan menaikkan tarif bus. Cukup sulit, karena kalau tarif bus dinaikkan khawatirnya penumpang akan lari ke moda transportasi lain," katanya.Sebelum ada kenaikan tarif masuk tol, biaya operasional dalam bentuk uang saku untuk kru dalam sekali keberangkatan biasanya hanya Rp 200 ribu. Tapi setelah tarif tol naik, mereka terpaksa menambah uang saku krunya menjadi Rp 225 ribu-Rp 240 ribu."Jadi tinggal dihitung saja beban penambahan biaya operasionalnya. Setiap harinya ada yang memberangkatkan delapan unit bus, ada yang 20 bus bahkan ada yang lebih dari 40 bus," tandas Sulaiman, salah seorang kru bus PO Kramat Djati.Kondisi tersebut dirasakan operator bus cukup memberatkan. Mereka berharap pemerintah mengkaji lagi kenaikan tarif tol tersebut bagi penumpang umum. Pasalnya, nantinya pada akhirnya akan dibebankan juga kepada penumpang. "Harusnya ini bisa dikaji lagi. Mulai dari kemampuan pengusaha, kemampuan masyarakat selaku konsumen dan dampak bagi komponen lain," kata Sudarto.Anas Syahirul