Presiden Jokowi Hijaukan Hulu Citarum
Kamis, 22 Februari 2018 14:27 WIB
INFO NASIONAL – Presiden Joko Widodo atau Jokowi serta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya bersama masyarakat sekitar menanam 1.000 batang pohon untuk menghijaukan hulu Citarum di Situ Cisanti, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Kamis, 22 Februari 2018. Langkah ini sebagai aksi nyata komitmen pemerintah dalam restorasi ekosistem daerah aliran Aungai Citarum. Secara simbolis Presiden Jokowi menanam pohon manglid (Manglietia glauca) dan Menteri Siti menanam Damar (Agathis dammara).
Jokowi berharap lahan di hulu Citarum dapat hijau, baik oleh tanaman ekologis maupun bernilai ekonomis, seperti jenis yang ditanam hari ini. Jenis lainnya adalah buni (Antidesma bunius), serta puspa (Schima wallichii).
Jokowi mengatakan kegiatan rehabilitasi Citarum sudah dimulai sejak 1 Februari 2018 dan diharapkan akan selesai dalam tujuh tahun. “Bukan hanya di hulu yang dibenahi, melainkan juga di tengah dan hilir. Semua akan dikerjakan secara terintegrasi dari pemerintah pusat, provinsi, daerah, pangdam, dan kapolda mengerjakan secara gotong-royong,” ucap Jokowi.
Sungai Citarum merupakan sumber penghidupan bagi 28 juta penduduk, baik di Jawa Barat maupun DKI Jakarta. Sebanyak 80 persen air minum masyarakat Jakarta bersumber dari Sungai Citarum. “Ini supaya kita ketahui,” kata Jokowi.
Selain itu, terdapat 420 ribu hektare lahan pertanian yang airnya bersumber dari Sungai Citarum. Ada tiga pembangkit listrik tenaga air, yakni Saguling, Cirata, juga Jatiluhur yang dibangun di aliran sungai ini. Ketiganya mampu menghasilkan 1.400 megawatt pasokan listrik.
Namun kondisi Citarum saat ini tercemar akibat sampah dan limbah. Bahkan sebanyak 90 persen industri tidak memiliki instalasi pengolahan air limbah. Akibatnya, 340 ribu ton limbah cair mengalir di Sungai Citarum setiap harinya. Tercatat 15 juta jiwa hidup di bantaran sungai. Berdasarkan hasil survei Kodam III Siliwangi, setiap harinya 35,5 ton tinja manusia dibuang langsung ke sungai. Pertumbuhan penduduk pun berbanding lurus dengan volume sampah yang terus bertambah hingga hilir, mencemari perairan Laut Jawa. Untuk itu. diperlukan penanganan terintegrasi dari hulu hingga hilir oleh semua pihak. (*)