8 Kepala Daerah yang Diduga Korupsi untuk Modal Pilkada

Reporter

Agung Sedayu

Kamis, 15 Februari 2018 08:11 WIB

Bupati Subang Imas Aryumningsih, seusai menjalani pemeriksaan memakai rompi tahanan setelah terjaring operasi tangkap tangan, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Kamis, 15 Februari 2018. KPK mmenahan Bupati Subang Imas Aryumningsih, Kabid Perizinan DPM PTSP Pemkab Subang, Asep Santika, pihak swasta Darta dan pengusaha bernama Miftahhudin. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Penangkapan Bupati Subang Imas Aryumningsih oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dalam operasi tangkap tangan menambah panjang daftar kepala daerah yang jabatannya berakhir gara-gara uang suap. Sepanjang 2017 hingga Februari tahun ini,

KPK menangkap delapan kepala daerah yang hendak maju lagi, atau mencalonkan anggota keluarganya, dalam pemilihan kepala daerah serentak. Modus korupsinya beragam, dari memperdagangkan jabatan hingga menarik fee dari proyek daerah.

Baca: Kena OTT KPK, Bupati Subang Yakin Ada Keterlibatan Lawan Politik

Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan, mengatakan duit korupsi diduga bukan hanya digunakan sebagai modal maju lagi dalam pilkada. Kepala daerah juga memburu komisi untuk mengembalikan modal yang mereka keluarkan dalam pilkada sebelumnya.

“Kami mengingatkan para kepala daerah agar tidak melakukan praktik semacam itu," ujar Basaria, di Jakarta, Rabu, 14 Februari 2018.

Berikut delapan kepala daerah yang ditangkap KPK karena terjerat kasus suap yang diduga untuk modal pilkada.

Advertising
Advertising

1. Bupati Subang, Imas Aryumningsih

Imas bakal maju lagi sebagai calon Bupati Subang, Jawa Barat. Dia didukung oleh Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Berkarya.

Bupati Subang itu ditangkap KPK pada Selasa, 13 Februari 2018. Dia diduga menerima suap Rp 1,4 miliar dalam kaitan perizinan dari dua perusahaan yang sedang mengurus izin pembangunan pabrik dan tempat usaha di Subang, Jawa Barat.

“Kesepakatan suap diduga mencapai Rp 4,5 miliar,” kata Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan, di kantornya, Rabu, 14 Februari 2018.

2. Bupati Ngada, Marianus Sae

Marianus Sae yang kini menjabat sebagai Bupati Ngada, Nusa Tenggara Timur bakal maju sebagai calon Gubernur Nusa Tenggara Timur. Dia didukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan PKB.

Baca: KPK Ungkap Modus Suap Bupati Ngada yang Diduga untuk Pilkada

Marianus ditangkap KPK pada Minggu, 11 Februari 2018. Dia diduga menerima suap Rp 4,1 miliar dari pemenang proyek jalan.

3. Bupati Jombang, Nyono Suharli Wihandoko

Nyono akan maju lagi sebagai calon Bupati Jombang, Jawa Timur, dengan didukung PKB, Golkar, PKS (Partai Keadilan Sejahtera), PAN (Partai Amanat Nasional), dan NasDem.

Tersangka Bupati Jombang Nyono Suharli Wihandoko. TEMPO/Imam Sukamto

Nyono ditangkap pada Sabtu, 3 Februari 2018. Dia diduga menerima suap Rp 275 juta dalam kaitan perizinan dan pengurusan jabatan

4. Bupati Halmahera Timur, Rudi Erawan

Bupati Halmahera Timur, Maluku Utara ini berencana maju sebagai calon Gubernur Maluku Utara. Dia diusung oleh Partai Demokrat, PKB, dan NasDem. Dia ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK pada 31 Januari 2018. Dia diduga menerima suap Rp 6,3 miliar dari sejumlah kontraktor proyek jalan.

5. Bupati Nganjuk, Taufiqurrahman

Istri Bupati Nganjuk, Jawa Timur, Taufiqurrahman, Ita Triwibawati berencana maju dalam pemilihan Bupati Nganjuk dengan dukungan Partai Golkar.

Taufiqurrahman ditangkap KPK pada 25 Oktober 2017. Dia diduga menerima gratifikasi sebesar Rp 2 miliar dari kontraktor.

6. Bupati Kutai Kartanegara, Rita Widyasari

Bupati Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur ini berencana maju sebagai calon Gubernur Kalimantan Timur melalui Partai Golkar. Dia ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK pada 26 September 2017. Rita diduga menerima Rp 436 miliar dari sejumlah pihak sebagai fee proyek dan perizinan.

Rita ketika itu mengatakan penetapannya sebagai tersangka adalah tindakan tergesa-gesa. “Penetapan saya sebagai tersangka terlalu terburu-buru," ujarnya.

7. Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko

Eddy yang saat itu masih menjabat sebagai Wali Kota Batu, Jawa Timur terjerat kasus korupsi saat istrinya, Dewanti Rumpoko, akan maju sebagai calon Wali Kota Batu melalui PDIP.

Eddy ditangkap pada 16 September 2017 dalam operasi tangkap tangan. KPK menduga Eddy menerima suap Rp 500 juta dalam kaitan proyek belanja modal dan pengadaan mebel.

Eddy membantah menerima uang suap. "Duitnya mana aja, saya enggak terima," ujarnya.

8. Wali Kota Tegal, Siti Masitha Soeparno

Wali Kota Tegal, Jawa Tengah itu berencana kembali maju sebagai calon Wali Kota Tegal dengan dukungan Partai Golkar. Ia ditangkap pada 29 Agustus 2017. Dia diduga menerima setoran dari kepala dinas serta menerima fee proyek sekitar Rp 5,1 miliar.

FRANSISCO ROSARIANS | Diolah dari berbagai sumber

Berita terkait

Bersiap Maju Pilkada, Bupati Petahana Buru Selatan Ambil Formulir ke Partai

4 jam lalu

Bersiap Maju Pilkada, Bupati Petahana Buru Selatan Ambil Formulir ke Partai

Pengambilan formulir ke PKB, Nasdem, hingga PSI.

Baca Selengkapnya

Beredar Video Harvey Moeis Jalan-Jalan Meski Ditahan, Kuasa Hukum: Itu Nyebar Fitnah

5 jam lalu

Beredar Video Harvey Moeis Jalan-Jalan Meski Ditahan, Kuasa Hukum: Itu Nyebar Fitnah

Kuasa hukum Harvey Moeis dan istrinya Sandra Dewi, Harris Arthur Hedar, membantah kliennya berkeliaran di salah satu pusat pembelanjaan di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Nurul Ghufron Permasalahkan Masa Daluwarsa Kasusnya, Eks Penyidik KPK: Akal-akalan

6 jam lalu

Nurul Ghufron Permasalahkan Masa Daluwarsa Kasusnya, Eks Penyidik KPK: Akal-akalan

Eks penyidik KPK, Yudi Purnomo Harahap, menilai Nurul Ghufron seharusnya berani hadir di sidang etik Dewas KPK jika merasa tak bersalah

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

9 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Alexander Marwata Benarkan Pernyataan Nurul Ghufron Soal Diskusi Mutasi ASN di Kementan

17 jam lalu

Alexander Marwata Benarkan Pernyataan Nurul Ghufron Soal Diskusi Mutasi ASN di Kementan

Alexander Marwata mengaku membantu Nurul Ghufron untuk mencarikan nomor telepon pejabat Kementan.

Baca Selengkapnya

IM57+ Nilai Nurul Ghufron Panik

1 hari lalu

IM57+ Nilai Nurul Ghufron Panik

Nurul Ghufron dinilai panik karena mempermasalahkan prosedur penanganan perkara dugaan pelanggaran etiknya dan menyeret Alexander Marwata.

Baca Selengkapnya

KPK Bilang Kasus SYL Berpotensi Meluas ke TPPU, Apa Alasannya?

1 hari lalu

KPK Bilang Kasus SYL Berpotensi Meluas ke TPPU, Apa Alasannya?

Menurut KPK, keluarga SYL dapat dijerat dengan hukuman TPPU pasif jika dengan sengaja turut menikmati uang hasil kejahatan.

Baca Selengkapnya

Seleksi CPNS Diminta Ditunda hingga Usai Pilkada, Rentan Menjadi Komoditas Politik

1 hari lalu

Seleksi CPNS Diminta Ditunda hingga Usai Pilkada, Rentan Menjadi Komoditas Politik

Ketua Ombudsman RI Mokhammad Najih menyarankan agar rekrutmen calon pegawai negeri sipil (CPNS) ditunda hingga Pilkada selesai.

Baca Selengkapnya

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Mangkir tanpa Alasan, KPK: Praperadilan Tak Hentikan Penyidikan

1 hari lalu

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Mangkir tanpa Alasan, KPK: Praperadilan Tak Hentikan Penyidikan

KPK mengatakan, kuasa hukum Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor seharusnya berperan mendukung kelancaran proses hukum.

Baca Selengkapnya

Nurul Ghufron Sebut Nama Pimpinan KPK Lainnya Dalam Kasus Mutasi Pegawai Kementan

1 hari lalu

Nurul Ghufron Sebut Nama Pimpinan KPK Lainnya Dalam Kasus Mutasi Pegawai Kementan

Nurul Ghufron menyebut peran pimpinan KPK lainnya dalam kasus dugaan pelanggaran kode etik yang menjerat dirinya.

Baca Selengkapnya