Ketinggian Air Akibat Banjir di Belu Masih 2 Meter
Reporter
Editor
Rabu, 21 Maret 2007 13:41 WIB
TEMPO Interaktif, Kupang:Banjir yang melanda Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, terus meluas dan menggenangi sedikitnya 22 desa di tiga kecamatan.Ketinggian air yang semula hanya 1 meter kini menjadi 2 meter akibat luapan sungai Benenain. Wakil Bupati Belu, Gregorius Mau Bili, yang dihubungi di Kupang, Rabu (21/3) mengatakan, banjir sempat surut beberapa jam namun kemudian kembali meluap pada Selasa sampai Rabu dinihari. "Tidak ada korban jiwa tetapi ribuan warga terpaksa meninggalkan rumah karena luapan air dari sungai Benenain semakin tinggi setelah hujan terus menerus mengguyur bagian hulu sungai di Kabupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan," ujarnya.Pemerintah setempat telah mengeluarkan himbauan kepada warga untuk tetap waspada dan segera mengungsi ke lokasi yang lebih aman guna menghindari terjadinya korban jiwa. "Belum ada data tentang berapa kerugian yang dialami maupun jumlah warga yang menderita kerugian akibat banjir karena aparat kecamatan dan satuan pelaksana penanggulangan bencana alam masih melakukan pendataan," Kata Gregorius.Menurutnya, pemerintah setempat telah mengeluarkan kebijakan untuk merelokasi warga yang tinggal didaerah bentaran sungai maupun warga yang menetap didaerah rawan banjir. "Kami sementara melakukan pendekatan dengan beberapa tokoh masyarakat untuk merelakan tanahnya dipakai untuk lokasi pemukiman warga," katanya. Upaya lain yang sementara dilakukan yakni membangun tanggul penahan banjir di sepanjang sungai Benenaian, sehingga apabila terjadi luapan air maka tidak menggenangi rumah penduduk.Dia menambahkan, untuk membantu para korban banjir, satuan tugas penanggulangan bencana setempat telahmendistribusikan berbagai bahan kebutuhan pokok seperti makanan, air bersih dan obat-obatan. "Untuk sementara pemerintah kabupaten masih mampu menangani kebutuhan para korban sehingga tidak perlu ada bantuan dari provinsi dan pusat," lanjutnya.Secara terpisah, Camat Malaka Barat, Remigius Asa,mengatakan, para korban banjir mulai menderita penyakit infeksi saluran pernafasan akut dan gatal-gatal. Kondisi lingkungan yang kurang higienis diduga kuat sebagai penyebab munculnya berbagai penyakit. "Warga mandi dan minum air yang telah bercampur dengan kotoran sehingga mudah jatuh sakit," kata Remigius. Lokasi terparah dalam musibah banjir kali ini yakni di Kecamatan Malaka Barat meliputi 14 desa, Kecamatan Weilemar 4 desa dan Kecamatan Malaka Tengah 5 desa. Banjir mulai menggenangi wilayah Selatan daerah itu sejak Sabtu lalu, setelah hujan terus menerus terjadi didaerah hulu sungai Benenain di wilayah pegunungan Mutis, Kabupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan. Jems de Fortuna