TEMPO Interaktif, Kupang:Sepuluh kabupaten di Nusa Tenggara Timur mengalami kekeringan cukup serius sejak dua bulan terakhir. Kekeringan ini mengakibatkan lebih dari 20.000 hektar padi dan jagung milik warga mati. Selain kekeringan, sekitar 9.000 hektar perkebunan dalam kondisi kritis akibat serangan hama. Kerugian diperkirakan mencapai Rp 50 miliar dan sekitar 3.000 penduduk terancam krisis pangan. Kesepuluh kabupaten itu adalah Sikka, Flores Timur, Timor Tengah Utara, Ngada, Sumba Timur, Belu, Manggarai, Kupang, Rote Ndao dan Kota Kupang. Dari sepuluh kabupaten tersebut, baru tujuh bupati yang melaporkan kondisi kekeringan kepada gubernur sementara tiga kabupaten lainnya masih melakukan pendataan total kerugian. Pemerintah setempat berencana melakukan langkah darurat untuk mengantisipasi kemungkinan adanya dampak krisis tersebut. "Saya sudah sampaikan kondisi ini kepada gubernur untuk secepatnya menggelar rapat koordinasi guna mengambil tindakan seperlunya," kata Sentianus Medi, Sekertaris Satuan Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi NTT, Kamis (15/2). Kepala BMG Stasiun El Tari Kupang, Albert Kusbagio menjelaskan, Februari seharusnya merupakan puncak musim hujan di wliayah itu. Namu karena ada penyimpangan suhu permukaan laut, pembentukan awan di atas NTT tidak sempurna. "Suhu air laut saat ini minus satu derajat atau lebih dingin dari kondisi normal,” kata dia. Sementara Humas Depot Logistik NTT Bambang Utoyo mengatakan, stok beras di gudang Dolok NTT masih mencukupi sampai Maret mendatang. "Stok yang ada sekarang mencapai 30.630 ton," katanya. Pemerintah pusat rencananya akan mengirimkan sedikitnya 12.000 ton beras impor untuk membantu masyarakat pada akhir Maret nanti. "Beras tersebut diharapkan dapat membantu mereka yang benar-benar mengalami kesulitan," ujar Sentianus Medi. Jems de Fortuna