Penganut Islam Aboge dan NU Berbaur Rayakan Idul Fitri
Editor
Rina Widisatuti
Selasa, 27 Juni 2017 22:30 WIB
TEMPO.CO, Wonosobo - Penganut Islam Aboge atau Alif Rebo Wage dan kalangan Nahdlatul Ulama di Wonosobo, Jawa Tengah, hidup rukun. Meski berbeda aliran, mereka hidup berdampingan di perkampungan lereng Gunung Sindoro tanpa ada konflik.
Hari ini, Selasa, 27 Juni 2017, penganut Islam Aboge di Wonosobo baru merayakan Idul Fitri atau 1 Syawal. Sedangkan, kalangan NU sudah lebih dulu merayakan Idul Fitri pada Ahad lalu, 25 Juni 2017.
Baca: Penganut Islam Aboge Rayakan Idul Fitri dengan Ritual Selamatan
Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia atau Lesbumi PCNU Wonosobo, Haqqi El-Anshary, mengatakan kalangan NU mengunjungi perayaan Idul Fitri yang digelar penganut Aboge di Dusun Binangun, Desa Mudal, Kecamatan Mojo Tengah. Penganut Aboge terbanyak di Wonosobo tinggal di dusun tersebut.
Kiai Mubasyir dari NU datang dari Dusun Pandansari, Desa Mudal untuk mengisi doa saat Aboge merayakan Idul Fitri. Lurah desa itu yang juga NU juga ikut memberikan sambutan. "NU dan Aboge hidup berdampingan dan saling membantu," kata Haqqi, Selasa, 27 Juni 2017.
Menurut Haqqi, penganut Islam Aboge merayakan Idul Fitri dengan menggelar selamatan dan doa. Mereka membawa tumpeng berisi nasi dan lauk dari rumah masing-masing, lalu berkumpul membentuk lingkaran, saling bersalaman, dan saling memberi maaf.
Baca: Kisah Lebaran 2017, Pemuda Katolik Jaga Keamanan Perayaan Idul Fitri
Dusun Binangun dihuni kalangan NU dan Aboge. Mereka membaur tanpa sekat. Rumah sesepuh penganut Aboge Dusun Binangun, Sarno Kusnandar berada persis di depan Masjid Al Huda.
Mereka juga saling membantu ketika ada acara keagamaan. Misalnya, saat 1 Syawal kalangan NU tiba pada Ahad lalu, Sarno ikut menyediakan terpal dan karpet untuk salat Idul Fitri di masjid. "Kerukunan dan persatuan terjaga. Kami tak pernah ada masalah," kata Sarno.
Mayoritas warga Wonosobo berpaham Islam mazhab Syafi’i aliran Nahdlatul Ulama. Warga NU aktif menggandeng kelompok lain, seperti Ahmadiyah, Syiah, dan Islam Aboge. Mereka juga aktif mengajak penganut Konghucu, Tao, Budha, Kristen, Katolik dalam diskusi persoalan sosial dan kemanusiaan. Di Wonosobo, mereka beribadah dan merayakan hari besar agama tanpa rasa takut.
SHINTA MAHARANI