TEMPO Interaktif, Medan:Pertamina menduga kelangkaan minyak tanah yang akhir-akhir ini terjadi di beberapa daerah di Sumatera Utara disebabkan penyelewengan pendistribusian. Minyak tanah subsidi yang diperuntukkan rumah tangga digunakan untuk kepentingan industri dan nelayan.Humas Pertamina UPMS I Medan, Erika, mengatakan Pertamina menduga banyak terjadi penyelewengan pendistribusian minyak tanah bersubsidi ke kalangan industri. "Selama perbedaan harga terlalu jauh dengan dengan minyak tanah industri, penyelewengan minyak tanah bersubsidi masih ada," ucap Erika, Rabu 8/11.Erika mengatakan Pertamina saat ini juga banyak menemukan nelayan yang menggunakan minyak tanah subsidi untuk kebutuhan melaut. Sementara berdasarkan Keppres Nomor 55 tahun 2005, minyak tanah bersubsidi hanya digunakan untuk keperluan memasak dan penerangan. "Ternyata minyak tanah banyak tersedot kembali oleh nelayan," ucap Erika.Teleateta Pewali, Pemilik Pangkalan Minyak tanah di Johor Medan mengatakan, sejak kebijakan pemerintah mengurangi distribusi minyak tanah dari 23 hari kerja menjadi 20 hari kerja, kelangkaan sering terjadi. "Di pangkalan saya yang biasanya masuk seminggu sekali, saat ini sering lebih dari 10 hari," ucap Teleateta. Tele juga mengatakan distribusi minyak tanah yang diterimanya saat ini sering dikurangi hingga 20 persen.Beberapa warga Sumatera Utara mengatakan saat ini kebutuhan minyak tanah meningkat seiring dengan sering padamnya listrik di wilayah ini. Sejak 1 November 2006 PLN melakukan pemadaman listrik selama satu bulan. Warga juga menunding kelangkaan minyak tanah banyak disebabkan banyaknya agen minyak tanah yang bermain dengan menjulanya ke pihak lain seperti ke kalangan industri. "Kami duga pangkalan menjual sebagian minyak yang didapatnya ke tempat lain, buktinya jatah di pangkalan terus berkurang," ucap Marbun, warga Tanjung Morawa, Medan.Hambali batubara