TEMPO Interaktif, Pontianak:Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kalimantan Barat, Ir Tri Budiarto mengatakan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat mengingatkan akan ancaman siklus El Nino yang dapat menimbulkan dampak kekeringan ekstrim yang panjang pada 2007."Pada 1997, telah terjadi El Nino yang luar biasa. Kalau kita mengikuti siklus yang sudah terjadi, maka El Nino mungkin akan kembali tahun 2007," katanya.Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) pernah mencatat suhu di Kalimantan Tengah mencapai 39 derajat Celcius beberapa waktu lalu.Hal itu, lanjutnya, menunjukkan telah terjadi perubahan iklim yang begitu ekstrim sehingga berdampak pada kekeringan yang ekstrim pula dibandingkan tahun sebelumnya.Ia menambahkan, mengingat tingkat kekeringan yang begitu besar dan lama, seluruh pihak perlu diingatkan jauh-jauh hari untuk mengantisipasi dampaknya. "Kemungkinan El Nino tahun 2007 terjadi di bulan Maret dan April. Ini patut kita waspadai bersama," Ujar Tri.Sementara untuk kabut asap, meski masih pekat namun titik panas di Kalimantan Barat yang terdeteksi satelit pada Senin (16/10) hingga pukul 11.00 WIB hanya 12 buah dan semuanya di Kabupaten Ketapang. Kadar Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) juga sudah mencapai tingkat yang membahayakan."Jumlah itu cenderung menurun dari hari-hari sebelumnya," kata Tri. Sedangkan pada Minggu (15/10), jumlah hotspot malah mencapai 51 titik. Begitu juga pada Sabtu (14/10), jumlah hotspot berjumlah 25 titik. "Kabupaten Ketapang memang berpotensi menghasilkan asap dan ditambah kiriman Kalteng," ujarnya. "Bisa jadi kebakaran hujan di daerah Ketapang masih berlangsung, sedangkan hujan belum turun merata," katanya. Hujan yang turun belakangan ini katakannya, dapat dimungkinkan merupakan imbas dari hujan buatan yang dilakukan di Kalimantan Tengah. Saat ini, pihaknya belum mendapat jawaban dari BPPT mengenai usulan untuk dilakukan hujan buatan di atas Kalbar.Lagi pula, kondisi awan yang tebal dan terakumulasi di atas Kalbar dapat menghambat pembentukan awan cumulus nimbus. Kualitas udara pada malam hari posisinya pada level sedang dan berubah berbahaya menjelang pagi hari. "Kondisinya tetap berfluktuasi antara tidak sehat dan sedang," tandasnya.Harry Daya