Lapindo Tak Sudi Danai Bedol Desa

Reporter

Editor

Kamis, 21 September 2006 02:56 WIB

TEMPO Interaktif, Sidoarjo:Lapindo Brantas tidak akan mencarikan lahan apalagi membangunkan rumah untuk warga di delapan desa yang hendak bedol desa karena semburan lumpur panas. “Itu mustahil dilakukan karena apapun yang dibeli Lapindo secara otomatis menjadi aset negara,” ujar juru bicara PT Lapindo Brantas Inc Yuniwati Teriana, kemarin.Menurutnya, Lapindo hanya kontraktor Badan Pengelola Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas). Jika membeli segala sesuatu berkaitan dengan eksplorasi gas, konsekuensinya menjadi aset negara. “Kalau harus membeli seluruh aset korban, untuk apa?" tanya Yuniwati kepada Tempo.Prinsipnya, kata dia, pembelian seluruh aset korban lumpur tidak mungkin diwujudkan. Apalagi luapan lumpur sudah menenggelamkan lebih dari 350 hektare lahan dan 1.810 tempat tinggal penduduk. Yuniwati mengaku akan membahas persoalan ini dengan tim nasional yang memegang kendali penanggulangan lumpur. “Kami juga mengirimkan surat kepada BP Migas, tapi belum ada jawaban pasti apakah diizinkan membeli seluruh aset korban lumpur atau tidak,” ungkapnya.Konsentrasi Lapindo terhadap korban lumpur, katanya, memberi ganti rugi berupa uang kontrak rumah selama 2 tahun, uang transportasi Rp 500 ribu setiap keluarga, dan uang makan Rp 300 ribu per orang.Wakil Ketua Badan Pengelola Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Trijana Kartoatmodjo mengatakan, Lapindo harus menanggung seluruh biaya bedol desa. Sebab, pemerintah tidak akan mengganti kerugian yang ditimbulkan. Trijana menganggap keliru jika Lapindo tidak akan membeli rumah dan tanah warga korban lumpur yang hendak direlokasi secara permanen. “Itu tidak benar,” ujar Trijana Kartoatmodjo yang juga sebagai Wakil Ketua Tim Nasional Penanggulangan Lumpur Lapindo.Anggota tim nasional lainnya, Rawindra, menambahkan Lapindo harus membayar semua dampak semburan lumpur. “Mau tidak mau harus bayar,” ujarnya Rawindra yang juga menjabat sebagai General Manajer PT Lapindo Brantas. Dalam kondisi normal, menurutnya, secara bisnis apapun yang dibeli Lapindo akan menjadi aset negara dengan asumsi mendapat penggantian biaya atau cost recovery. “Kondisi saat ini berbeda, semua menjadi tanggung jawab Lapindo.”Mendengar ketidaksanggupan PT Lapindo, Bupati Sidoarjo Win Hendrarso menilai perusahaan itu memang tidak pernah menunjukkan kesungguhannya menangani bencan lumpur. Dia mengaku tidak akan berhenti menuntut tanggung jawab Lapindo. “Seluruh ganti rugi harus ditanggung,” Win menegaskan. Win pun sudah menyiapkan lahan alternatif untuk permukiman warga dari delapan desa. Di antaranya di Kecamatan Candi meliputi Desa Kecabean (24,2 ha), Desa Klurak (8 ha), dan Desa Kendal (3 ha). Sedangkan di Kecamatan Krembung meliputi Desa Krembung Kecamatan Krembung (50 ha), Desa Tulangan (50 ha) dan Desa Banjarasri Kecamatan Tanggulangin (50 ha).ROHMAN TAUFIK | MUHAMAD FASABENI

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

11 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

19 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

44 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

48 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

49 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

49 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

49 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

50 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

54 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

3 Maret 2024

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya