TEMPO Interaktif, Palu:Sekitar 300 mahasiswa dan pelajar di Palu menyambut kedatangan Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Komisaris Besar Badrudin Haiti dengan demo. Mereka menuntut pelaksanaan eksekusi terpidana mati kasus kerusuhan Poso, Fabianus Tibo.Pendemo yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan Pelajar Islam Indonesia, itu datang dengan jalan kaki melintasi jalan utama Kota Palu. Pendemo menyerahkan karangan bunga kepada pengganti Brigadir Jenderal Oegroseno kepala polda sebelumnya, namun rangkaian bunga itu ditolak. Badrudin hanya bersedia menerima lima perwakilan pengunjuk rasa. Haris, salah seorang mahasiswa, usai bertemu Badrudin mengatakan hari ini kepolisian akan berkoordinasi dengan kejaksaan untuk pelaksanaan eksekusi.Setelah itu pendemo mendatangi Kantor Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengah. Di tempat ini mereka meminta Mahfud Mannan selaku kepala kejaksaan, mengeluarkan nota kesepahaman kepastian eksekusi. Tapi, permintaan itu juga tak dipenuhi. Mahfud berjanji segera menggelar rapat dengan Komisaris Besar Badrudin Haiti untuk menentukan jadwal eksekusi. Dia menegaskan, jadwal pelaksanaan eksekusi Tibo bergantung pada hasil rapat koordinasi itu. Sebelumnya, sekitar 5.000 warga asal Kecamatan Poso Kota dan Poso Pesisir, unjuk rasa menuntut hal yang sama. Aksi berlangsung di depan kantor bupati, gedung DPRD, dan Kantor Kejaksaan Negeri Poso. Mereka lebih dulu berkumpul di halaman Masjid Raya Jalan Pulau Timor.Pada kesempatan itu, perwakilan pengunjuk rasa membacakan pernyatan sikap yang isinya mendesak eksekusi pelaku kerusuhan Poso yang menimbulkan banyak korban jiwa pada 2002 lalu itu. Mereka juga meminta polisi menangkap 16 nama yang disebut Tibo sebagai dalang kerusuhan Poso. Pengunjuk rasa menuntut penggalian kuburan massal di sejumlah tempat seeprti di Desa Sintuwu Lembah, Kecamatan Lage, sekitar 9 kilometer arah selatan Poso. “Di sana ada kuburan massal korban pembunuhan,” ungkap salah seorang pengunjuk rasa. MUHAMMAD DARLIS