Tolak Upah Murah, Buruh Gelar Tapa Pepe di Keraton Yogya  

Reporter

Minggu, 30 Oktober 2016 17:46 WIB

Wisatawan yang memadati kawasan Keraton dan Alun-Alun Utara Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebanyak 100 buruh di Yogyakarta akan menggelar aksi tapa pepe di depan Keraton Yogyakarta, Senin, 31 Oktober 2016. Mereka akan mengadukan kebijakan Gubernur Yogyakarta kepada Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, yang tak lain adalah juga Gubernur Yogyakarta.

“Benteng terakhir kami ketika Sultan HB X selaku gubernur tak juga memperhatikan kaum buruh, kami hanya bisa mengadukan nasib buruh kepada beliau sebagai raja keraton,” kata Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek) Yogyakarta, Aziz Nur Fitriyanto, dalam rapat konsolidasi buruh menolak upah murah di kantor Konfederasi SPSI Yogyakarta, Minggu, 30 Oktober 2016.

Para buruh yang tergabung dalam Aliansi Buruh Yogyakarta itu berasal dari berbagai elemen, seperti Logam Elektronik dan Mesin (LEM), Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek), dan Serikat Pekerja Nasional (SPN).

Sebelum menetapkan upah minimum kabuaten/kota 2017 pada 1 November 2016, mereka mendesak Gubernur Yogyakarta Sultan HB X tidak serta merta mengacu pada instruksi Menteri Ketenagakerjaan yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 (PP 78).

Sebab, dengan PP 78 tersebut, kenaikan upah buruh di Yogyakarta hanya 8,25 persen akibat rendahnya nilai inflasi dan pertumbuhan ekonomi nasional. Padahal kenaikan upah dari 2015 ke 2016 meningkat 11,5 persen. Jika semata-mata mengacu pada PP 78, upah di Yogyakarta pada 2017 hanya akan meningkat kurang lebih Rp 100 ribu.

“Kami berharap Sultan sebagai penguasa tertinggi di Yogyakarta lebih bijaksana dalam memutuskan upah sebagai raja yang mengayomi kesejahteraan rakyatnya, terutama buruh,” ujar Aziz. “(Sultan sebagai raja) Kami harap tidak asal manut memakai instruksi menteri dengan PP 78 yang menyengsarakan buruh itu,” kata Aziz.

Para buruh menuntut Sultan menggunakan survei kebutuhan hidup layak dari buruh. Jika menggunakan survei itu, seharusnya kenaikan upah minimum di Yogyakarta pada 2017 rata-rata Rp 650 ribu atau menjadi Rp 2,6 juta.

“Dengan upah Rp 1,5 juta, tak akan pernah ada buruh yang bisa punya kesempatan memiliki rumah. Angka itu terlalu kecil bagi pihak perbankan untuk memberi akses kredit rumah bagi buruh,” ujarnya. Padahal, saat ini, dari survei yang dilakukan terhadap para buruh, ada 90 persen buruh di Yogyakarta belum memiliki rumah.

Sekretaris Aliansi Buruh Yogyakarta Kirnadi menuturkan ada lima tuntutan dalam aksi Tapa Pepe buruh pada Senin ini. Pertama, agar Raja Keraton Sultan HB X menegur Gubernur Yogyakarta untuk tidak memakai PP 78 sebagai perhitungan upah minimum. Kedua, agar Sultan HB X menegur Gubernur Yogyakarta untuk menetapkan kenaikan upah minimum rata-rata Rp 650 ribu. Ketiga, meminta Sultan HB X menegur Gubernur Yogyakarta segera menetapkan upah minimum sektoral provinsi. Keempat, agar Sultan HB X menegur Gubernur Yogyakarta mau mempertimbangkan survei kebutuhan hidup layak yang dibuat buruh. Dan kelima, meminta Sultan HB X menegur Gubernur Yogyakarta agar segera merealisasikan perumahan dan melibatkan buruh dalam perencanaannya.

“Sultan sebagai raja, kami harapkan merespons aspirasi rakyatnya kali ini. Tidak seperti gubernur yang selama ini tak merespons,” ujar Kirnadi.

Wakil Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia DIY Soeharto menuturkan, jika sebagai raja Sultan HB X tetap mendukung pemberlakuan upah murah, ia khawatir konsekuensi sosial yang berlaku. “Rakyat bisa tak percaya lagi ada pengayoman dari rajanya,” ujarnya.

Sebelumnya, Gubernur Yogyakarta sekaligus Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan proses pembahasan upah 2017 masih terus berlangsung sampai Senin, 31 Oktober 2016, sebelum ia umumkan pada Selasa, 1 November 2016.

Namun Sultan belum mau berkomentar jauh terkait dengan usulan yang disampaikan pemerintah kabupaten/kota kepada dirinya. “Kosek lah, ojo saiki (Sebentar, jangan sekarang),” ujar Sultan.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

5 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

12 hari lalu

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

13 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

16 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

20 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

28 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

32 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

46 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.

Baca Selengkapnya

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

52 hari lalu

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat

Baca Selengkapnya

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

52 hari lalu

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya