TEMPO Interaktif, Jakarta:Tembakan pistol dan sabetan rotan oleh polisi mewarnai aksi unjuk rasa yang Senin (13/1) ini berlangsung di Surabaya dan Semarang. Di beberapa kota besar lainnya, demonstrasi antikenaikan harga BBM, tarif listrik dan telepon semakin marak. Diantara tuntutan yang disuarakan pengunjuk rasa adalah mengganti Megawati-Hamzah dengan pemerintahan presidium. Petugas dari Polresta Surabaya Senin siang itu terpancing oleh aksi puluhan aktivis Aliansi Turunkan Harga. Karena merasa terhina, Wakil Kepala Polresta, Komisaris Polisi Julius Mapona langsung menembakkan pistol ke udara untuk membubarkan demonstrasi oleh aliansi. Anak buah Julius segera mengejar mahasiswa yang melakukan unjuk rasa di dekat gedung DPRD Jawa Timur. Mereka menghajar mahasiswa dan menyeretnya ke mobil truk, namun tidak berapa lama di lepas kembali. Taufik, koordinator lapangan aliansi menyayangkan tindakan tersebut. Padahal kami tidak melakukan provokasi atau bentuk pelanggaran yang lain, ujar Taufik. Namun Julius berdalih, aksi mahasiswa tersebut telah menutup jalan dan membuat arus lalulintas macet. Selain itu mereka menghina polisi. Mereka berorasi polisi ikut melakukan korupsi, ujar Julius dengan wajah memerah kepada wartawan. Di Semarang, ratusan mahasiswa Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) juga bentrok dengan aparat keamanan. Polisi menghadang langkah mahasiswa yang akan menyegel secara simbolis pompa bensin di Jalan Pandanaran. Akibat tindak kekerasan tersebut, dua mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang, Aji dan Riono luka-luka pada bagian kepala dan kaki. Seorang mahasiswa lainnya, Irfan Yunani diamankan di Mapoltabes Semarang. Sebelumnya, KAMMI yang anggotanya mayoritas perempuan berjilbab warna putih mendatangi kantor Telkom Divisi Regional IV Jateng dan DI Yogyakarta. Di bawah tekanan mahasiswa, pimpinan Telkom memutuskan hubungan telepon selama lima menit. Sepanjang jalan mereka meneriakkan yel-yel: Turunkan Harga atau Mega yang Turun. Aksi antikenaikan BBM, telepon dan listrik juga berlangsung di Jember, Malang, Sukoharjo, Banten, Lampung, Palembang, Palangkaraya, Kendari, Palu, Denpasar, dan Manado. Diantara pengunjuk rasa, ada juga yang menuntut turunnya Megawati-Hamzah dan diganti dengan pemerintahan presidium. (Tim Tempo News Room)
Prabowo Bentuk Presidential Club, Pengamat Sebut Ada Ketegangan dalam Transisi Kepemimpinan
42 menit lalu
Prabowo Bentuk Presidential Club, Pengamat Sebut Ada Ketegangan dalam Transisi Kepemimpinan
Pengamat politik menilai, gagasan Presidential Club Prabowo mungkin saja hasil dari melihat transisi kepemimpinan Indonesia yang seringkali ada ketegangan.