TEMPO Interaktif, Jakarta:Ketua Komisi Perlindungan Anak Seto Mulyadi menyatakan setiap tahunnya jumlah anak yang kehilangan haknya selalu bertambah. “Diperkirakan 60 sampai 70 persen anak kehilangan haknya, dari 90 juta jumlah anak di Indonesia," katanya kepada Tempo kemarin.Menurutnya, angka tersebut bukanlah angka mutlak di kejadian sebenarnya. “Karena fenomenanya seperti gunung es, kelihatan hanya luarnya saja,” ujarnya.Seto menilai hilangnya hak anak itu tidak lagi terjadi pada tingkat keluarga, namun sudah berada di tingkat sekolah, instansi, masyarakat, hingga kepada negara. “Jadi mencakup semua hal,” katanya.Bentuk kehilangan hak anak pun terjadi dalam berbagai hal, yaitu bentuk kekerasan, proses diskriminasi, seksual, politik dan kesejahteraan. “Namun penentuan hal itu cakupannya terlalu luas," ujarnya.Seto mencontohkan kasus Raju sebagai penyebab hilangnya hak anak yang diakibatkan oleh negara. “Raju terbelit kasus hukum, dan hukum itu berasal dari negara,” ungkapnya.Oleh karena itu, pihaknya mengaku mendukung pemerintah agar segera merealisasikan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Perlindungan Anak menjadi peraturan pemerintah, yang kemudian dapat digunakan sebagai salah satu penjelasan dari undang-undang yang menyangkut tentang anak. “Setidaknya payung hukum yang menyangkut hak anak mendekati sempurna,” katanya.Zaky Almubarok I