Menteri Susi Didesak Nelayan Sikat Kapal Timah di Bangka  

Reporter

Editor

Zed abidien

Selasa, 29 Desember 2015 14:59 WIB

Kondisi hutan Belitung dengan lubang penambangan timah di Kepulauan Belitung, Provinsi Bangka Belitung. ANTARA/Teresia May

TEMPO.CO, Pangkal Pinang - Nelayan yang ada di Pulau Bangka mendesak Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti segera mengambil tindakan terhadap maraknya aktivitas tambang timah di perairan laut Bangka Belitung.

Desakan ini disampaikan dalam spanduk dan poster saat ribuan nelayan melakukan aksi demo guna menolak aktivitas tambang timah laut di Kantor Gubernur Bangka Belitung, Selasa, 29 Desember 2015. Nelayan meminta Menteri Susi mengebom kapal isap yang dinilai sudah meresahkan.

"Saat ini nelayan adalah masyarakat yang paling miskin yang ada di Bangka Belitung. Maraknya aktivitas tambang timah laut dengan menggunakan Kapal Isap Produksi (KIP) membuat nelayan semakin terjepit dan susah. Pemerintah harus mengambil sikap menyelamatkan nelayan," ujar nelayan asal Desa Simpang Teritip, Kabupaten Bangka Barat, Roaidi, dalam orasinya di Kantor Gubernur Bangka Belitung, Selasa, 29 Desember 2015.

Menurut Roaidi, saat ini tangkapan nelayan menurun drastis karena lokasi tangkap ikan semakin jauh. Sementara itu, nelayan dibebani penambahan biaya operasional. "Itu juga belum tentu hasilnya banyak karena banyak lokasi laut yang berlumpur dan terumbu karang mati. Hal itu membuat ikan sangat sedikit berada di sekitar lokasi pertambangan," ujarnya.

Koordinator Aksi Nelayan, Syamsu Budiman, mengatakan nelayan tetap menolak segala bentuk aktivitas tambang timah laut meski diiming-iming pengusaha dengan kompensasi. Menurut dia, kompensasi yang diberikan tidak sebanding dengan kerugian yang dialami nelayan ke depan.

"Dari 45 ribu nelayan di Pulau Bangka, ada 16 ribu nelayan yang merasakan dampak langsung adanya tambang timah laut. Ikan baru banyak didapat jika sudah berada di atas 5 mil dari bibir pantai," ujarnya.

Selain merusak ekosistem laut, kata Syamsu, pengisapan bijih timah menimbulkan sedimentasi cukup banyak hingga menyebabkan terjadinya coral bleaching atau pemutihan karang.

"Setiap harinya, KIP menghasilkan limbah sedimentasi 2.700 meter kubik. Jika ada 50 kapal isap, berarti ada 49,5 juta sedimentasi berupa partikel buangan yang menutupi sebaran terumbu karang," tuturnya.

Menurut Syamsu, konflik horizontal sangat terbuka terjadi antara nelayan dan pihak perusahaan karena pergeseran nilai tradisi lokal dan turunnya produksi nelayan di sekitar lokasi pertambangan timah. "Kita mendesak pemerintah segera memutuskan penghentian aktivitas tambang timah laut secepatnya. Keberadaannya hanya merugikan masyarakat," ucapnya.




SERVIO MARANDA

Berita terkait

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

2 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap kapal pencuri ikan berbendera Malaysia. Kapal itu tercatat sudah dimusnahkan tapi masih beroperasi

Baca Selengkapnya

Kementerian Kelautan dan Perikanan Buka Pendaftaran Taruna 2024, Simak Jalur dan Syaratnya

19 hari lalu

Kementerian Kelautan dan Perikanan Buka Pendaftaran Taruna 2024, Simak Jalur dan Syaratnya

Kementerian Kelautan dan Perikanan buka pendaftaran peserta didik 2024. Cek di sini caranya.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

20 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Sri Mulyani Tanggapi Ramai Barang Bawaan ke Luar Negeri, THR Jokowi dan Ma'ruf Amin

33 hari lalu

Terpopuler: Sri Mulyani Tanggapi Ramai Barang Bawaan ke Luar Negeri, THR Jokowi dan Ma'ruf Amin

Berita terpopuler bisnis pada Senin, 25 Maret 2024, dimulai dari respons Sri Mulyani Indrawati soal ramai pembahasan barang bawaan ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

Terkini: Nilai THR Jokowi dan Ma'ruf Amin, Kisah Sri Mulyani Dirayu Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia

33 hari lalu

Terkini: Nilai THR Jokowi dan Ma'ruf Amin, Kisah Sri Mulyani Dirayu Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia

Berita terkini: Berapa nilai THR yang diterima Jokowi dan Ma'ruf Amin? Kisah Sri Mulyani saat dirayu Susi Pudjiastuti untuk pulang ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Cerita Sri Mulyani Dibujuk Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia Menjadi Menkeu

33 hari lalu

Cerita Sri Mulyani Dibujuk Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia Menjadi Menkeu

Sri Mulyani bercerita pertemuan dia dengan Susi Pudjiastuti yang membujuknya pulang ke Indonesia menjadi Menteri Keuangan.

Baca Selengkapnya

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

38 hari lalu

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

Gakkum KLHK menetapkan empat tersangka pencemaran lingkungan di Taman Nasional Karimunjawa. Kejahatan terkait limbah ilegal dari tambak udang.

Baca Selengkapnya

Produksi Garam Nasional Lampaui Target

59 hari lalu

Produksi Garam Nasional Lampaui Target

Produksi terbesar diperoleh dari sektor produksi garam rakyat yang mencapai 2,2 juta ton,

Baca Selengkapnya

Terkini: Wanti-wanti Susi Pudjiastuti soal Makan Siang Gratis Prabowo, Investor Pertanyakan Kelanjutan IKN

18 Februari 2024

Terkini: Wanti-wanti Susi Pudjiastuti soal Makan Siang Gratis Prabowo, Investor Pertanyakan Kelanjutan IKN

Berita terkini bisnis pada siang ini dimulai dari Susi Pudjiastuti yang mengingatkan soal program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Susi Pudjiastuti Setuju Subsidi BBM Dialihkan untuk Makan Siang Gratis: Asalkan Anggarannya Tidak Disunat

18 Februari 2024

Susi Pudjiastuti Setuju Subsidi BBM Dialihkan untuk Makan Siang Gratis: Asalkan Anggarannya Tidak Disunat

Melalui kicauannya di media sosial X, Susi Pudjiastuti mengaku lebih setuju subsidi BBM dialihkan untuk makan siang gratis anak-anak di sekolah.

Baca Selengkapnya