Heli VVIP, Menteri Yuddy: Presiden Jokowi Pasti Pilih PT DI

Reporter

Editor

Elik Susanto

Sabtu, 28 November 2015 04:59 WIB

Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi melakukan diskusi saat berkunjung ke kantor Tempo, Jakarta, 19 Juni 2015. Tempo/ Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi mengatakan, Presiden Joko Widodo pasti mempertimbangkan untuk memakai helikopter EC-725 buatan PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Sedangkan helikopter jenis Agusta Westland (AW) 101 buatan Inggris-Itali, yang dipesan TNI Angkatan Udara untuk Presiden dan Wakil Presiden, belum tentu dipertimbangkan.



"Sejauh ini saya melihat helikopter Kepresidenan masih baik dan layak karena jarang digunakan. Tapi, kalau pemerintah memang mau mengganti, Pak Presiden melalui Mensesneg (Menteri Sekretaris Negara), pasti akan mempertimbangkan opsi memakai produk buatan PT DI," ujar uddy Chrisnandi seperti dikutip dari Antara.



Pernyataan Yuddy menanggapi pro dan kontra pembelian helikopter AW 101 untuk kendaraan VVIP Presiden dan Wakil Presiden. Keinginan TNI AU berbeda dengan sejumlah kalangan yang merekomendasikan pembelian helikopter buatan PT DI yakni tipe EC-725.

Menurut Yuddy, sistem persenjataan buatan PT DI telah memenuhi standarisasi dan sepadan dengan buatan asing. Tentu saja, kata Yuddy, harganya lebih murah karena dikerjakan oleh bangsa sendiri. Pemerintahan Jokowi, katanya, memiliki komitmen membangun kemandirian bangsa, termasuk dalam pemilihan persenjataan.



Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, belum tahu dan tak dilibatkan oleh TNI AU dalam pembelian helikopter AW-101 untuk kendaraan Kepresidenan. Kalla mengaku heran mengapa TNI AU berencana membeli helikopter buatan luar negeri. "Padahal, helikopter yang saya dan Pak Jokowi pakai, Super Puma, sangat bagus ukurannya dan masih baru," kata Kalla, di kantornya, Jumat, 27 November 2015.

Menurut Kalla, Super Punma yang ada sekarang bukan diproduksi tahun 80-an, tapi tahun 2000 akhir. Tepatnya
dibeli pada saat Presiden Abdurrahman Wahid periode 1999-2001. Dia menilai helikopter itu masih layak dan masa pakainya masih panjang. Seharusnya, kata Kalla, TNI AU tidak perlu mengajukan pengadaan pembelian helikopter baru yang sejenis.

Rencana pembelian ini mendapat kritik. Terutama dari PT Dirgantara Indonesia, selaku produsen helikopter Super Puma. Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, Budi Santoso, mengatakan pembelian itu tidak sesuai dengan Undang-Undang Industri Pertahanan yang mewajibkan keterlibatan industri nasional dalam pengadaan alat pertahanan dan keamanan dari luar negeri.

ELIK S | REZA ADITYA

Advertising
Advertising

Berita terkait

Apa Peran PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dalam Pengembangan Mobil Terbang Vela Alpha

22 Februari 2024

Apa Peran PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dalam Pengembangan Mobil Terbang Vela Alpha

PT Dirgantara Indonesia (Persero) turut serta dalam pengembangan mobil terbang Vela Alpha. Bagaimana peran PTDI di proyek ini?

Baca Selengkapnya

Bappenas, PT DI dan Pemprov Bali Teken Kerja Sama Pemanfaatan Pesawat N219

17 Februari 2024

Bappenas, PT DI dan Pemprov Bali Teken Kerja Sama Pemanfaatan Pesawat N219

PT Dirgantara Indonesia (PT DI) , Kementerian PPN/Bappenas, dan pemerintah provinsi Bali menandatangani kesepakatan bersama pemanfaatan pesawat N219.

Baca Selengkapnya

Pembayaran Gaji Karyawan PT Dirgantara Indonesia Bermasalah, Ini Penjelasan Stafsus Erick Thohir

19 Desember 2023

Pembayaran Gaji Karyawan PT Dirgantara Indonesia Bermasalah, Ini Penjelasan Stafsus Erick Thohir

Stafsus Erick Thohir merespons persoalan pembayaran gaji karyawan PT Dirgantara Indonesia yang mesti dicicil.

Baca Selengkapnya

PTDI Belum Lunasi Gaji Karyawan, Ini Penjelasan Perusahaan

19 Desember 2023

PTDI Belum Lunasi Gaji Karyawan, Ini Penjelasan Perusahaan

Perusahaan pelat merah produsen pesawat PT Dirgantara Indonesia atau PTDI belum melunasi gaji karyawannya pada November 2023.

Baca Selengkapnya

PT Dirgantara Indonesia Ekspor 6 Pesawat NC212i ke Filipina

20 Oktober 2023

PT Dirgantara Indonesia Ekspor 6 Pesawat NC212i ke Filipina

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mengekspor 6 pesawat terbang NC212i ke Filipina.

Baca Selengkapnya

PT Pindad, PT PAL, PT Dirgantara Indonesia Dilaporkan ke Ombudsman, Apa Kasusnya? Ini profilnya

18 Oktober 2023

PT Pindad, PT PAL, PT Dirgantara Indonesia Dilaporkan ke Ombudsman, Apa Kasusnya? Ini profilnya

Tiga Perusahaan BUMN dilaporkan ke Ombudsman yaitu PT Pindad, PT PAL, dan PT Dirgantara Indonesia. Soal jual senjata ilegal ke Myanmar?

Baca Selengkapnya

Diduga Jual Senjata Ilegal ke Myanmar, 3 BUMN Dilaporkan ke Ombudsman

17 Oktober 2023

Diduga Jual Senjata Ilegal ke Myanmar, 3 BUMN Dilaporkan ke Ombudsman

Koalisi Masyarakat Sipil untuk Reformasi Sektor Keamanan (SSR) melaporkan tiga BUMN ke Ombudsman RI tentang dugaan penjualan senjata ilegal ke Myanmar

Baca Selengkapnya

Profil 3 BUMN yang Dituding Jual Senjata ke Junta Militer Myanmar

6 Oktober 2023

Profil 3 BUMN yang Dituding Jual Senjata ke Junta Militer Myanmar

Tiga BUMN dituding menjual senjata ke Junta Myanmar pasca kudeta pada 1 Februari 2021. Berikut profil tiga BUMN tersebut.

Baca Selengkapnya

Kasus Dugaan 3 BUMN Jual Senjata Ilegal ke Myanmar, Komnas HAM Didesak Investigasi

5 Oktober 2023

Kasus Dugaan 3 BUMN Jual Senjata Ilegal ke Myanmar, Komnas HAM Didesak Investigasi

Organisasi koalisi masyarakat sipil untuk reformasi sektor keamanan meminta Komnas HAM usut kasus dugaan penjualan senjata ilegal ke Myanmar oleh 3 BU

Baca Selengkapnya

PT Dirgantara Indonesia dan Lokheed Martin Kerja Sama Pengadaan Sikorsky S-70M Black Hawk

23 Agustus 2023

PT Dirgantara Indonesia dan Lokheed Martin Kerja Sama Pengadaan Sikorsky S-70M Black Hawk

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan Sikorsky, perusahaan Lockheed Martin, kerja sama pengadaan helikopter Sikorsky S-70M Black Hawk.

Baca Selengkapnya