Mayoritas Perajin Batik di Solo Tak Miliki Pengolah Limbah

Reporter

Sabtu, 28 November 2015 04:54 WIB

Seorang pengrajin batik tulis sedang menyelesaikan batik di Jetis, Sidoarjo (1/10). UNESCO mememutuskan batik Indonesia sebagai warisan pusaka dunia, yang akan diumumkan besok. Foto: TEMPO/Dwi Narwoko

TEMPO.CO, Surakarta - Pemerintah Kota Surakarta berencana membuat pemetaan kawasan pusat industri yang menjadi penghasil limbah yang ada di kota tersebut. Pemetaan tersebut dibutuhkan untuk merancang pembangunan instalasi pengolah limbah komunal.

Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta Widdi Srihanto mengatakan persoalan limbah di kota itu menjadi masalah serius yang harus segera ditangani. "Persoalan limbah ini juga menjadi faktor utama penyebab kegagalan Surakarta dalam meraih adipura," katanya, Jum'at 26 November 2015.

Menurut Widdi, tingkat kesadaran pelaku industri kecil dalam mengelola limbahnya masih sangat kecil. Selain itu, indsutri kecil juga memiliki keterbatasan kemampuan finansial untuk membangun pengolah limbah. "Pemerintah harus ikut membantu dengan membuatkan instalasi pengolah limbah komunal," kata Widdi.

Salah satunya, Surakarta memiliki beberapa kawasan yang menjadi pusat industri batik. "Paling banyak berada di kawasan Pasar Kliwon, Kauman dan Laweyan," katanya. Menurut Widdi, hampir semua perajin di tiga kawasan itu memilih membuang limbahnya tanpa diolah terlebih dulu.

Pihaknya mencatat hanya ada satu perajin batik di Kauman yang telah memiliki pengolah limbah. Sedangkan di Laweyan sebenarnya sudah memiliki instalasi pengolah limbah komunal. "Tapi kapasitasnya terbatas sehingga tidak semua perajin bisa memanfaatkannya," kata Widdi.

Sedangkan kebanyakan perajin di kawasan Pasar Kliwon diduga juga memilih langsung membuang limbahnya ke sungai. Hal itu terlihat dari warna air di Sungai Jenes yang sangat pekat lantaran bercampur dengan pewarna batik. "Kondisi semacam ini tidak bisa dibiarkan terus menerus," katanya.

Sekretaris Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan, Gunawan Muhammad Nizar mengatakan bahwa instalasi pengolah limbah komunal di kampungnya masih berfungsi baik. Namun, instalasi itu tidak mampu menampung semua limbah yang dihasilkan. "Karena memang jumlah perajinnya semakin berkembang," katanya.

Gunawan sendiri akhirnya memilih membangun instalasi pengolah limbah di perusahaannya. Sebenarnya, lanjut dia, beaya yang dibutuhkan tidak terlalu mahal. "Masih di bawah Rp 30 juta," katanya.

Hanya saja, instalasi itu membutuhkan tempat yang relatif luas. Padahal, kebanyakan sentra industri batik berada di permukiman padat, termasuk di Laweyan, Kauman dan Pasar Kliwon. "Memang solusinya adalah instalasi yang dipakai bersama-sama atau komunal," kata dia.

AHMAD RAFIQ

Berita terkait

Studi Peminum Ciu di Surakarta, Mayoritas Islam Abangan

50 hari lalu

Studi Peminum Ciu di Surakarta, Mayoritas Islam Abangan

Pemilik pabrik ciu di Surakarta bahkan didapati sudah menjalani ibadah Haji.

Baca Selengkapnya

Undip dan Brin Kembangkan Pendeteksi Logam Berat dalam Limbah Industri

26 Oktober 2023

Undip dan Brin Kembangkan Pendeteksi Logam Berat dalam Limbah Industri

BRIN dan Universitas Diponegoro (Undip) menjalin kolaborasi riset untuk pengembangan metode alternatif pendeteksi logam di limbah industri.

Baca Selengkapnya

Gelar Muscab 2023, HDCI Surakarta Komitmen Ikut Promosikan Pariwisata Daerah

21 Oktober 2023

Gelar Muscab 2023, HDCI Surakarta Komitmen Ikut Promosikan Pariwisata Daerah

Promosi pariwisata daerah disebut menjadi bagian tak terpisahkan dari program touring HDCI Kota Surakarta.

Baca Selengkapnya

Cerita Warga Bekasi Kena Penyakit Kulit karena Air PAM, Sempat Dikira Sebab Udara Kotor

19 September 2023

Cerita Warga Bekasi Kena Penyakit Kulit karena Air PAM, Sempat Dikira Sebab Udara Kotor

Menurut pelanggan Perumda Tirta Patriot itu, banyak warga Bekasi yang juga mengalami penyakit kulit karena air PAM, selain dirinya.

Baca Selengkapnya

Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri Hitam dan Bau, Suplai Air PAM 40 Ribu Pelanggan Sudah 3 Hari Terhenti

15 September 2023

Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri Hitam dan Bau, Suplai Air PAM 40 Ribu Pelanggan Sudah 3 Hari Terhenti

Akibat suplai air PAM terhenti 3 hari, warga Bekasi terpaksa beli air isi ulang dan tidak mandi untuk menghemat air.

Baca Selengkapnya

Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri, Suplai Air PAM Warga Terganggu

11 Agustus 2023

Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri, Suplai Air PAM Warga Terganggu

Perumda Tirta Patriot mengambil air Sungai Kalimalang sebagai penetral untuk dicampur dengan air baku Kali Bekasi.

Baca Selengkapnya

Mengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri

30 November 2022

Mengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri

Limbah B3 dibagi menjadi limbah elektronik dan fashion. Hal ini menjadi permasalahan utama yang akan menyerang kondisi manusia dan lingkungan dalam keseharian.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Ikan Bandeng Nelayan Semarang Mati, Diduga Tercemar Limbah Industri

6 Juli 2022

Ratusan Ribu Ikan Bandeng Nelayan Semarang Mati, Diduga Tercemar Limbah Industri

Warga menduga kematian ikan bandeng di keramba tersebut akibat limbah dari Kawasan Industri Lamicitra.

Baca Selengkapnya

Yayasan Internet Indonesia Beri Pendidikan Digital untuk Pelajar di Surakarta

31 Mei 2022

Yayasan Internet Indonesia Beri Pendidikan Digital untuk Pelajar di Surakarta

Para pelajar yang terpilih akan diberikan materi-materi seputar IT.

Baca Selengkapnya

Rekomendasi Produk Ekraf Khas Solo yang Cocok Dijadikan Oleh-Oleh

18 Mei 2022

Rekomendasi Produk Ekraf Khas Solo yang Cocok Dijadikan Oleh-Oleh

Ayo simak dahulu rekomendasi produk ekraf khas Solo yang cocok dijadikan oleh-oleh berikut ini!

Baca Selengkapnya