Kebakaran Gunung Penanggungan Ancam Lutung dan Kijang  

Reporter

Selasa, 27 Oktober 2015 04:04 WIB

Gunung Penanggungan. TEMPO/Abdi Purmono

TEMPO.CO, Mojokerto - Kebakaran di Gunung Penanggungan, Mojokerto, Jawa Timur, mengancam habitat satwa langka yang dilindungi dan hidup di gunung setempat.

“Satwa yang dilindungi dan hidup di Penanggungan itu adalah lutung dan kijang,” kata Kepala Resor Konservasi Wilayah (RKW) 09 Mojokerto Eko Setyo Budi, Senin, 26 Oktober 2015. RKW 09 Mojokerto berada di bawah Seksi Konservasi Wilayah III Surabaya Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur.

Dari pantauan petugas BKSDA setempat, hingga kini belum ada indikasi satwa dilindungi yang mati karena kebakaran. Petugas juga memantau pergerakan satwa jika memang terancam kebakaran atau kekurangan makanan akibat musim kemarau.

“Belum ada laporan dari warga. Kalau mereka terancam karena kebakaran atau kemarau, biasanya turun ke pemukiman warga untuk mencari perlindungan atau makanan,” kata Eko.

Menurut Eko, jumlah lutung Jawa yang ada di Penanggungan masih cukup banyak. “Namun yang langka adalah kijang yang diperkirakan hanya tinggal lima ekor,” ujarnya.

Meski terjadi setidaknya tujuh kali kebakaran dalam skala besar di Penanggungan dalam bulan ini, Eko menambahkan belum ada laporan satwa yang turun ke pemukiman warga. “Kemungkinan di atas masih ada kawasan hutan yang lebat dan aman bagi mereka,” ucap Eko.

Pengelola posko pintu pendakian Gunung Penanggungan di Desa Tamiajeng, Kecamatan Trawas, Mojokerto, Khoirul Anam, mengatakan lahan yang terbakar di Penanggungan pada Sabtu, 24 Oktober 2015, diperkirakan mencapai 200 hektar. “Yang terbakar itu padang rumput dan tanaman kaliandra,” kata pria yang akrab disapa Anam ini.

Pengelola posko pendakian dari Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Sumber Lestari, Desa Tamiajeng, bersama relawan dan petugas Perhutani bahu membahu memadamkan kebakaran yang membuat tiga pendaki terjebak dan bertahan di puncak gunung.
“Petugas di posko selalu memonitor, jika terlihat titik api, petugas ke atas untuk memadamkan secara manual dengan ranting pohon,” kata Anam yang juga Sekretaris LMDH Sumber Lestari.

Menurut Anam, penyebab kebakaran selama ini kebanyakan bukan karena faktor alam atau ulah pendaki. “Kebanyakan dibakar untuk pembukaan lahan pertanian oleh warga,” katanya.

Indikasi itu bisa dilihat dari awal mula titik api yang berasal dari lahan yang berbatasan dengan pemukiman warga, baik di wilayah Mojokerto maupun Pasuruan. “Awal titik api bukan dari jalur pendakian,” kata Anam.



ISHOMUDDIN


Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

6 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

14 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

39 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

42 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

44 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

44 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

44 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

45 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

49 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

56 hari lalu

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya