Sejumlah prajurit Kostrad menyelesaikan pembuatan embung penampung air di lahan gambut bekas kebakaran di Desa Rimbo Panjang Kabupaten Kampar, Riau, 9 Oktober 2015. BNPB melakukan pembangunan embung di lahan gambut yang berisiko kebakaran sebagai penampung air. ANTARA/FB Anggoro
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional, Willem Rampingilei mengatakan bantuan sejumlah negara asing dalam upaya pemadaman asap dan kebakaran hutan ternyata tidak berdampak signifikan. Singkatnya waktu pemadaman yang dilakukan oleh negara-negara itu membuat upaya pemadaman menjadi tidak maksimal.
"Ada kontribusi, tapi jika dibandingkan dengan apa yang sudah kita lakukan tak terlalu signifikan," kata Willem usai konferensi pers di Kementerian Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan, Kamis, 22 Oktober 2015.
Willem mencontohkan upaya pemadaman yang dilakukan Australia. Negeri Kanguru itu mengirimkan satu unit pesawat dengan kapasitas 5 ribu liter. Menurut Wilem pesawat itu seharusnya bisa melakukan pengeboman air hingga lima kali sehari. Namun, nyatanya Australia membatasi bantuannya hanya selama lima hari. Tim pengebom asal Australia harus kembali karena negara mereka juga mengalami kebakaran hutan.
Hal yang sama juga terjadi dengan tim dari Malaysia. Tim asal negeri jiran itu membantu upaya pengeboman air selama enam bulan. Adapun saat ini yang tersisa adalah satu helikopter berkapasitas 5 ton dari Singapura.
Selain bantuan dari negara-negara itu, Willem mengatakan bahwa pemerintah sudah menyewa sebanyak 19 helikopter dan tiga air traktor. Saat ini pemeintah juga sedang mencari psawat sewa tambahan. "Tapi susah, karena el nino terjadi di mana-mana jadi banyak negara yang sudah menyewa terlebih dahulu."
Pemerintah Indonesia sempat menolak bantuan asing dalam upaya pemadaman kebakaran hutan dan asap di Sumatera dan Kalimantan. Namun belakang pemerintah memutuskan untuk menerima “Agar Singapura dan Malaysia tahu bagaimana sulitnya memadamkan api di sini,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Jumat, 9 Oktober 2015. Protes yang dilayangkan kedua negara itu, ia nilai karena mereka tak paham kondisi yang sebenarnya di lapangan.
Selain menerima bantuan dari Singapura dan Malaysia, pemerintah juga menerima bantuan dari Rusia, Cina, dan Australia. Bantuan yang diberikan negara-negara itu adalah berupa pesawat-pesawat yang bisa membawa air untuk water bombing dengan kapasitas hingga 10 ton air.