Di Yogya, Pengeluaran untuk Rokok Lebih Besar dari Pendidikan  

Reporter

Jumat, 9 Oktober 2015 13:36 WIB

Puluhan peserta hari anti tembakau sedunia, saat mengelar aksi longmarch. Bahaya asap rokok tidak hanya mengintai perokok aktif, namun membahayakan perokok pasif. Mattoangin, Makassar, 31 Mei 2015. TEMPO/Fahmi Ali

TEMPO.CO, Yogyakarta - Konsumsi rokok menjadi salah satu faktor penyebab kemiskinan. Dengan harga yang terus mengalami kenaikan, rokok ikut mendorong kian besarnya pengeluaran rumah tangga. Rokok telah menjadi kebutuhan tidak saja bagi rumah tangga tidak miskin, tapi juga menjadi kebutuhan rumah tangga miskin konsumsi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, rokok kretek filter adalah salah satu dari tiga komoditas yang ikut menyumbang terjadinya kemiskinan. “Biaya konsumsi rokok lebih besar ketimbang untuk pendidikan,” kata Kepala Badan Pusat Statistik DIY Bambang Kristanto kepada Tempo, Kamis, 8 Oktober 2015.

Bambang mengatakan konsumsi rokok di Yogyakarta tergolong tinggi. Dari hasil survei di pedesaan di Yogyakarta, merokok bagi penduduk laki-laki adalah sebuah kebiasaan. Di perkotaan, rokok kretek filter menyumbang 9,31 persen bagi garis kemiskinan, sedangkan di pedesaan 6,05 persen.

Beras memberi andil 30,70 persen di perkotaan dan 35,44 persen di pedesaan. Daging ayam ras di perkotaan 5,58 persen dan 5,34 persen di pedesaan.

Konsumsi makanan rumah tangga miskin terhadap total pengeluaran menyumbang 70 persen, dan 30 persen konsumsi non-makanan. Inflasi menyebabkan jumlah penduduk miskin tahun ini meningkat sebesar 5.340 jiwa dari 544.870 orang pada Maret tahun lalu.

Garis kemiskinan pada Maret lalu sebesar Rp 335.886 per kapita per bulan. Sedangkan garis kemiskinan pada Maret 2014 sebesar Rp 313.452. Bila dibandingkan dengan kondisi September 2014, garis kemiskinan sebesar Rp 321.056 per kapita per bulan atau naik 4,62 persen dalam kurun satu semester.

Peneliti Muhammadiyah Tobacco Control Center Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Fauzi Ahmad Noor, mengatakan, berdasarkan hasil riset, konsumsi rokok di Yogyakarta tergolong tinggi untuk perokok pemula (berusia 15-35). Dia mengatakan masifnya iklan rokok mendorong tingkat konsumsi rokok bagi perokok pemula. Sejauh ini, hanya Kulonprogo yang mempunyai aturan larangan memasang iklan rokok maupun menerapkan aturan kawasan tanpa rokok.

Kota Yogyakarta dan Gunungkidul telah menerapkan aturan kawasan tanpa rokok. Sedangkan Bantul belum punya sama sekali aturan kawasan tanpa rokok maupun larangan memasang iklan rokok. “Kebijakan politik kepala daerah mempengaruhi tingkat konsumsi rokok di daerah masing-masing,” ujar Fauzi.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

19 jam lalu

Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

Polisi menangkap perempuan berinisial SJ alias Ceria, 43 tahun, karena menjual narkotika jenis sabu.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

5 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

5 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

5 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

Operator Kereta Deutsche Bahn di Jerman Akan Melarang Merokok Ganja di Area Stasiun

5 hari lalu

Operator Kereta Deutsche Bahn di Jerman Akan Melarang Merokok Ganja di Area Stasiun

Operator kereta di Jerman Deutsche Bahn (DB) mengumumkan melarang merokok ganja di area-area stasiun per 1 Juni 2024.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

5 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

5 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

5 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

5 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

6 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya