Omah Munir Terbitkan Modul Pendidikan HAM untuk Siswa SMP
Editor
Zacharias wuragil brasta k
Selasa, 8 September 2015 22:03 WIB
TEMPO.CO, Batu - Omah Munir telah menerbitkan modul pengayaan pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan pendidikan tentang HAM untuk pelajar SMP. Modul disusun menyesuaikan kurikulum 2006 dan 2013.
Modul yang disusun bareng penggiat HAM, guru trainer PPKN, dan penulis buku anak-anak itu telah diujicoba di MTs Surya Buana Malang, SMP Negeri 1 Batu, serta SMP 2 dan 3 Bogor. Sosialisasi kepada seluruh guru PPKN se-Jawa Barat rencananya dilakukan bulan depan dan menyusul di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
"Modul dilengkapi gambar, permainan, dan video sehingga pelajaran menjadi menarik dan menyenangkan," ujar Direktur Eksekutif Omah Munir, Salma Safitri, Selasa 8 September 2015.
Modul disusun untuk empat pertemuan dengan tujuan memperkenalkan HAM untuk kehidupan sehari-hari. Contohnya, menghormati orang lain, tak merisak teman, dan tak melecehkan. Juga memperkenalkan sejumlah tokoh HAM seperti Munir Said Thalib, Udin, dan Marsinah.
Modul itu melengkapi pendidikan HAM yang ditawarkan untuk pelajar dan mahasiswa di Omah Munir. "Omah Munir diberi mandat untuk pendidikan HAM," ujar Salma.
Omah Munir yang terletak di Jalan Bukit Berbunga Nomor 2, Kota Batu, Jawa Timur, awalnya merupakan rumah tinggal Munir dan keluarganya. Rumah itu lalu disulap menjadi museum yang memberikan informasi perjalanan Munir dan perkembangan kasus pelanggaran HAM yang dibela Munir.
Saat masuk ke Omah Munir, Anda akan disapa patung Munir. Ada juga sebuah foto mendiang Munir berdiri di samping pintu masuk, foto seukuran aslinya sehingga pengunjung bisa berfoto dengan Munir.
Beragam foto, poster, rekam jejak Munir, benda kenangan dan penghargaan Munir dipajang untuk umum. Ribuan buku koleksi Munir juga tersedia di perpustakaan untuk bahan bacaan pengunjung.
Sejumlah penghargaan yang diterima Munir seperti Mandanjeet Singh Prize Unesco, dan The Right Livelihood Award karena kiprah Munir dalam memperjuangkan antidiskriminasi juga dipamerkan. Sedangkan barang pribadi Munir seperti sepatu, paspor, jam, skripsi, dan pakaian juga dipamerkan. Termasuk rompi anti pluru yang digunakan saat penanganan pelanggaran HAM Timor Timur 1999. "Setiap hari jumlah pengunjung 20-50 orang," ujar Salma.
EKO WIDIANTO