Tiga Hari Terbakar, 150 Hektare Hutan Gunung Kawi Ludes

Reporter

Senin, 24 Agustus 2015 17:45 WIB

Sejumlah titik-titik api kebakaran hutan lereng Gunung Merbabu terlihat dari Kecamatan Ngablak, Magelang, Jawa Tengah, 21 Agustus 2015. Kebakaran hutan di lereng Gunung Merbabu meliputi daerah Dukuh Bentrokan, dan Dukuh Denokan Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. TEMPO/Pius Erlangga

TEMPO.CO, Malang - Kebakaran di lereng utara Gunung Kawi, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sejak Kamis sampai Minggu siang pekan lalu, menghanguskan sekitar 150 hektare lahan dan hutan lindung milik Perhutani.

Kebakaran pada Kamis, 20 Agustus, dan Jumat, 21 Agustus 2015, adalah yang paling besar. Kobaran api sampai bisa dilihat dari Kota Malang, memanjang laksana lava pijar dari gunung berapi. Api mulai mengecil pada Sabtu dan Minggu. Bubungan asap bercampur kabut masih bisa dilihat dari kejauhan.

Secara administratif, hutan milik Perhutani yang terbakar berada di Desa Dalisodo, Kecamatan Wagir, serta Batutulis, wilayah Sumbersekar. Lokasi kebakaran berjarak sekitar 5 kilometer dari permukiman penduduk. Namun kebakaran tersebut tidak sampai mengganggu kegiatan warga di lereng gunung setinggi 2.551 meter dari permukaan laut tersebut.

Bila ditambah dengan dampak kebakaran pada pertengahan Juli serta awal Agustus 2015, luas hutan yang terbakar lebih dari 200 hektare. “Lokasi kebakaran minggu lalu meluas dari lokasi yang terbakar sebelumnya,” kata Narto alias Wareng, Kepala Desa Dalisodo, kepada Tempo, Senin, 24 Agustus 2015.

Narto tidak bisa memastikan penyebab kebakaran. Ia menduga kebakaran terjadi karena kelalaian manusia yang lupa memadamkan api unggun saat melakukan ritual pada malam hari. Bisa juga api muncul dari gesekan kayu-kayu kering akibat tiupan angin kencang saat cuaca kemarau sedang panas-panasnya. Tiupan angin kencang membuat api cepat membesar dan menjalar.

Kemunculan api diketahui berasal dari puncak. Narto menduga hutan di lereng timur dan barat pun sudah habis. Wakil Administrasi Perhutani Wilayah Malang Barat Dadan Hamdan mengatakan vegetasi wilayah yang terbakar didominasi alang-alang dan sedikit pohon pinus.

Menurut Dadan, untuk pemadaman api, Perhutani melibatkan 20 orang gabungan dari personel Perhutani, masyarakat, dan pencinta alam. Pemadaman dilakukan menggunakan alat seadanya, termasuk memukuli api dengan kayu. Lokasi yang jauh, medan bertebing, dan kencangnya angin menyulitkan upaya pemadaman.

Senada dengan Narto, Dadan juga menduga kebakaran itu berawal dari aktivitas perburuan liar. Pemburu sengaja membuat bakar-bakaran untuk menggiring hewan buruan, tapi api tidak dipadamkan dengan sempurna.

ABDI PURMONO

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

11 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

19 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

44 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

48 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

49 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

49 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

49 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

50 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

54 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

3 Maret 2024

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya