Musim Kemarau, Petani Madiun Dianjurkan Tanam Palawija
Editor
Kodrat setiawan
Jumat, 31 Juli 2015 04:39 WIB
TEMPO.CO, Madiun - Pemerintah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, menginstruksikan para petani menanam palawija saat musim kemarau. Sebab, tingkat kebutuhan airnya lebih sedikit dibandingkan dengan budidaya padi.
"Pak Bupati mengimbau agar petani memperhatikan pola tanam dalam setahun, yaitu padi, palawija,’’ kata Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemerintah Kabupaten Madiun Herry Supramono, Kamis, 30 Juli 2015.
Instruksi itu, menurut dia, karena persediaan air di dua waduk untuk irigasi persawahan menurun drastis. Saat ini volume air di Waduk Dawuhan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Wonoasri, hanya sekitar 1,5 juta meter kubik dari kapasitas maksimal 5,42 juta meter kubik. Sedangkan debit di Waduk Notopuro, Desa Duren, Kecamatan Pilangkenceng, tinggal 4.500 meter kubik dari volume maksimal 2,4 juta meter kubik.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Madiun RM Hekso Setyo Raharjo mengatakan minimnya volume air akibat pendangkalan dan berkurangnya pasokan dari sumber air di wilayah pegunungan. "Untuk mengatasi pendangkalan, waduk akan dikeruk dan air yang tersedia dialirkan ke dam untuk ditampung sebelum dialirkan ke sawah,’’ ujar dia.
Air dari Waduk Dawuhan, misalnya, ditampung di enam dam, yakni Sarangan, Ngadirejo, Pucung, Sampung, dan Blado yang masuk wilayah Kecamatan Wonoasri dan Balerejo. Setiap detiknya debit air yang dialirkan ke dam sebanyak 500 liter. Sedangkan untuk kebutuhan tanaman hanya dikeluarkan satu liter per detik.
‘’Untuk padi jelas kurang karena kebutuhannya dua sampai tiga liter per detik. Sebaiknya petani menanam palawija,’’ ucap Hekso.
Dengan ketersediaan air tanah yang minim, ia berharap petani tidak saling berebut saat melakukan irigasi sawah. Pembagian yang dilakukan oleh petugas juru air yang berada di setiap wilayah harus adil. "Petani juga jangan mentang-mentang lahannya luas meminta bagian lebih banyak,’’ ujarnya.
NOFIKA DIAN NUGROHO