Begini Kehidupan Warga Lokal dan Pendatang di Tolikara  

Reporter

Minggu, 26 Juli 2015 06:30 WIB

Suasana kawasan pertokoan yang kembali dibuka di kota Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, beberapa hari pasca kerusuhan Lebaran, 23 Juli 2015. TEMPO/Maria Hasugian

TEMPO.CO, Karubaga - Seperti apa denyut hidup masyarakat lokal dan pendatang di Kabupaten Tolikara? Untuk mengetahuinya, sejarah lahirnya Tolikara menjadi rujukan awal. Seperti dituturkan Sekretaris Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Pendeta Marthen Jingga, lembah Toli pertama kali dikunjungi misionaris Kristen asal Amerika Serikat pada 1950-an.

“Mereka yang membangun bandara dan membuka jalan,” kata Marthen kepada Tempo di rumah misionaris GIDI di Tolihara, Rabu sore, 23 Juli 2015.

Penduduk Tolikara yang ditemui misionaris ini menganut kepercayaan lokal dan hidupnya masih sangat sederhana. Saat itu lembah Toli masih sangat tertutup, dan satu-satunya cara memasuki tempat ini adalah dengan berjalan kaki menelusuri hutan belantara. Itu sekitar 1950.

Di buku berjudul Datangnya Terang, Sejarah Injil Masuk Wilayah Toli yang ditulis Kondabaga, penduduk lembah Toli masih tinggal di honai, tanpa pakaian, sangat kuat kepercayaan pada jimat untuk menyembuhkan penyakit, serta sangat kuat dengan adat istiadatnya, seperti memotong jari tangan ketika anggota keluarga meninggal dan pesta bakar batu. Perang antarsuku pun kerap terjadi saat itu.

Masuknya misionaris asing mengubah lembah Toli menjadi lebih terbuka kepada masyarakat luar. Peninggalan misionaris masih terasa kuat dan hidup di masyarakat. Seperti bangunan gedung misionaris yang ada di Karubaga, ibu kota Kabupaten Tolikara, merupakan peninggalan misionaris asal Amerika Serikat dan Kanada. Cara hidup masyarakat Tolikara juga tampak dalam kehidupan mereka saat ini, seperti berpakaian, mencuci tangan sebelum makan, tinggal di rumah, serta mengenal teknologi untuk bertani dan berladang, seperti parang serta pisau untuk memotong kayu.

Setelah Kabupaten Tolikara berdiri pada 2002--melepaskan diri dari Kabupaten Jayawijaya, para pendatang dari Sulawesi Selatan (Toraja, Bone, dan Makassar), Pulau Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur), serta Sumatera (Tapanuli Utara dan Nias) mulai melirik Tolikara sebagai tempat mencari nafkah.

Dari pengamatan Tempo, mayoritas para pendatang mencari nafkah dengan berdagang berbagai macam barang, seperti sembako, makanan dan minuman, pakaian, suku cadang, dan service sepeda motor, material bangunan, kue dan jajanan, serta obat. Mereka juga ada yang sebagai penyedia jasa transportasi.

Penduduk lokal, seperti ibu-ibu dan anak-anak remaja, menjual sayuran dan buah-buahan di pinggir jalan. Mereka meletakkan barang dagangannya di tanah dan duduk menantikan para pembeli. Beberapa perempuan mengunyah pinang dan mengembangkan payung untuk menahan sinar matahari. Mereka duduk bercanda dengan pedagang di sebelahnya. “ Ini buah merah, asli Papua. Ini manis, enak,” tutur seorang ibu pedagang kepada Tempo.

Saat menelusuri pusat bisnis Tolikara yang berada di pinggir jalan utama Kota Karubaga, Tempo tak menemukan warga asli Papua sebagai pedagang. Mereka menjadi pembeli atau konsumen produk-produk yang dijual para pendatang. Saat membeli barang, mereka jarang menawar harga. Biasanya, mereka langsung membayar barang yang ditunjuk kemudian membawanya pulang.

MARIA RITA

Berita terkait

Kuliah Tak Tepat Waktu, 142 Mahasiswa Asal Papua di Luar Negeri Dipulangkan

17 April 2022

Kuliah Tak Tepat Waktu, 142 Mahasiswa Asal Papua di Luar Negeri Dipulangkan

Pemerintah Provinsi Papua akan memulangkan 142 mahasiswanya yang kuliah di luar negeri karena tidak menyelesaikan studi tepat waktu.

Baca Selengkapnya

Bappeda Papua Sebut Pemkot Akan Dapat Jatah Dana Otsus Lebih Besar

12 Desember 2021

Bappeda Papua Sebut Pemkot Akan Dapat Jatah Dana Otsus Lebih Besar

Pemkab dan Pemkot di Papua akan mendapatkan kewenangan pengelolaan dana otonomi khusus (otsus) lebih besar dari Pemprov.

Baca Selengkapnya

KPK-Fitra Sepakat Tingkatkan Pengawasan Anggaran Di Papua

20 Mei 2021

KPK-Fitra Sepakat Tingkatkan Pengawasan Anggaran Di Papua

KPK dan Seknas Fitra memberikan sejumlah rekomendasi yang harus dijalankan oleh Pemprov Papua dan Pemprov Papua Barat.

Baca Selengkapnya

Kisruh Papua, Simak 4 Fakta Kejadiannya

30 Agustus 2019

Kisruh Papua, Simak 4 Fakta Kejadiannya

Berbeda dengan demonstrasi sebelumnya yang terkendali, kemarin cenderung anarkistis. Maka terjadilah Kisruh Papua di sejumlah wilayah.

Baca Selengkapnya

Pagu Dana Alokasi Khusus Fisik Papua 2019 Rp 4,991 Triliun

9 Februari 2019

Pagu Dana Alokasi Khusus Fisik Papua 2019 Rp 4,991 Triliun

Pagu Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik tahun anggaran 2019 untuk pemerintah daerah di Provinsi Papua mencapai Rp 4,991 triliun.

Baca Selengkapnya

Pengacara Pertanyakan Kerugian Negara Korupsi Gubernur Papua

4 September 2017

Pengacara Pertanyakan Kerugian Negara Korupsi Gubernur Papua

Dana yang mestinya untuk pendidikan disinyalir terserap untuk kepentingan lain. Sampai sekarang Bareskrim belum bisa menyebutkan jumlahnya.

Baca Selengkapnya

Pesan Gubernur Papua Dominggus Mandacan: Sekarang Semua Keluarga

23 Mei 2017

Pesan Gubernur Papua Dominggus Mandacan: Sekarang Semua Keluarga

Mewakili suku-suku Nusantara di Papua Barat, Petrus Makbon kepala Suku Byak di Manokwari menyatakan dukungannya kepada gubernur Mandacan.

Baca Selengkapnya

Kisruh Freeport, Gubernur Papua Lukas Enembe Temui Jokowi

14 Maret 2017

Kisruh Freeport, Gubernur Papua Lukas Enembe Temui Jokowi

Gubernur Papua Lukas Enembe sedang menemui Presiden Joko Widodo di Jakarta terkait persoalan PT Freeport Indonesia.

Baca Selengkapnya

Presiden: Alokasi Anggaran Pembangunan Papua Belum Optimal

8 November 2016

Presiden: Alokasi Anggaran Pembangunan Papua Belum Optimal

Menurut Jokowi dana yang dialokasikan tidak sebanding dengan peningkatan kesejahteraan yang ingin dicapai.

Baca Selengkapnya

Warga Numfor, Papua, Segera Nikmati Listrik 24 Jam

2 November 2016

Warga Numfor, Papua, Segera Nikmati Listrik 24 Jam

Pemerintah Provinsi Papua memberikan bantuan mesin genset dengan kapasitas 2 x 700 kW kepada PLN setempat.

Baca Selengkapnya