Pembalak Liar Kini Pelaku Konservasi di TN Gunung Palong

Reporter

Kamis, 4 Juni 2015 06:05 WIB

Hutan di Ketapang, Kalimantan Barat. Foto:Ardiles Rante / Greenpeace

TEMPO.CO , Ketapang: Dengan konsep pertemanan antarpenegak hukum konservasi dan masyarakat, pembalak liar kini aktif berperan sebagai pelestari hutan dan alam.

"Konsepnya adalah memfasilitasi masyarakat yang tujuannya rencana aksi bersama," ungkap Chief Advisor Indonesia Japan REDD+, Shigeru Takahara, Rabu 3 Juni 2015. Fasilitator adalah staf Taman Nasional Gunung Palong, yang arealnya menjadi sasaran Illegal logging oleh masyarakat di sekitar kawasan tersebut.

Shigeru mengatakan, fasilitator datang ke masyarakat tidak dimulai dengan dana, janji atau proyek. Konsep ini, kata dia, juga tidak memberikan instruksi dan tidak menggurui masyarakat. "Posisinya setara dengan masyarakat," katanya.

Dengan kolaborasi antara masyarakat sekitar taman nasional dengan Balai Taman Nasional, maka para pihak akan saling memahami dan percaya serta menggali keswadayaan dan berkelanjutan.

Shigeru mencontohkan situasi di Dusun Tanjung Gunung. Bukanlah hal yang mudah bagi seorang fasilitator Taman Nasional Gunung Palong untuk bisa membangun kepercayaan dan membangkitkan motivasi masyarakat Tanjung Gunung yang tadinya antipati terhadap petugas TNGP. "Butuh waktu sepuluh bulan untuk membangun kepercayaan dan diterima masyarakat," katanya.

Masyarakat Tanjung Gunung dibantu belajar bertani organik, menanam jabon, berternak ikan dan merehabilitasi kawasan mangrove.
Selain di Tanjung Gunung, fasilitator TNGP juga bekerja di Desa Batu Barat, Desa Matan Jaya, Dusun Melinsum, Desa Riam Berasap, dan Desa Sempurna.

Dadang Wardhana, kepala Balai Taman Nasional Gunung Palong mengatakan, 29 petugas TNGP telah mengikuti pelatihan fasilitasi masyarakat yang dibagi menjadi dua angkatan.

"Tiap angkatan pelatihan mengikuti 4 seri pelatihan: pertemanan, arumonosagashi (berangkat dari apa yang ada), Falcon (Facilitative Listening in Conservation) dan rencana aksi bersama masyarakat," jelasnya.

Pelatihan angkatan pertama diselenggarakan mulai September 2013 sampai Oktober 2014. Pelatihan angkatan kedua dilakukan mulai Agustus 2014 sampai Juni 2015. Pada pelatihan angkatan kedua, selain 12 petugas TNGP yang menjadi peserta, 2 staf Pemerintah Kabupaten Ketapang, 2 staf Pemerintah Kabupaten Kayong Utara dan 15 perwakilan masyarakat juga turut menjadi peserta.

Shigeru menambahkan pelatihan fasilitasi berprinsip: Jika saya dengar, maka saya lupa; Jika saya lihat, maka saya ingat; Jika saya lakukan, maka saya paham; Jika saya temukan, maka saya gunakan. Oleh karenanya, setiap peserta berkewajiban melakukan praktek sebelum mengikuti seri pelatihan selanjutnya.

Pelatihan Fasilitasi Masyarakat di TNGP merupakan bagian dari IJ-REDD+ Project, Indonesia-Japan Project for Development of REDD+ Implementation Mechanism, proyek kerjasama antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan JICA (Japan International Cooperation Agency). Fasilitator pelatihan berasal dari iiNetwork, sebuah organisasi nirlaba dari Jepang yang berpengalaman melakukan fasilitasi masyarakat di Taman Nasional Bali Barat sejak 2008.

Pengalaman fasilitasi masyarakat tersebut dibagikan kepada parapihak TNGP, dari Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara, LSM hingga kalangan swasta dalam “Seminar Fasilitasi Masyarakat di Sekitar TNGP” pada tanggal 3 Juni 2015 di Borneo Emerald Hotel, Ketapang.

Seminar ini bertujuan membagikan pengalaman agar pembelajaran proses fasilitasi masyarakat yang telah dilakukan dapat digunakan dan mendapatkan pengayaan, sehingga penerapannya dapat berkelanjutan menuju masyarakat yang makmur dan hutan yang lestari.

ASEANTY PAHLEVI


Berita terkait

Rimbawan Muda: Debat Cawapres Gagal Elaborasi Partisipasi Masyarakat Adat

23 Januari 2024

Rimbawan Muda: Debat Cawapres Gagal Elaborasi Partisipasi Masyarakat Adat

Debat cawapres 2024 kedua dinilai Rimbawan Muda Indonesia (RMI) gagal memahami aspek tata kelola kehutanan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Targetkan 12 Juta Hektar Hutan Sosial, Ini Tantangan Jokowi

30 Oktober 2017

Targetkan 12 Juta Hektar Hutan Sosial, Ini Tantangan Jokowi

Siti Nurbaya mengatakan ada berbagai alasan kenapa mengejar target 12,7 juta hektar hutan sosial sesuai Nawa Cita bukanlah kerja yang ringan.

Baca Selengkapnya

KLHK Akan Mengelola Hutan dengan Wirausaha

23 Agustus 2017

KLHK Akan Mengelola Hutan dengan Wirausaha

Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar upaya itu tetap mengacu pada prinsip pembangunan dan kelestarian.

Baca Selengkapnya

Walhi: Tak Heran Harimau Sering Masuk Kampung, Sebabnya...

16 Agustus 2017

Walhi: Tak Heran Harimau Sering Masuk Kampung, Sebabnya...

WALHI menyoroti tumpang tindih kebijakan kawasan hutan dan aktivitas pertambangan berikut dampaknya bagi masyarakat.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tegur KLHK: Pengelolaan Hutan Jangan Berorientasi Proyek  

2 Agustus 2017

Jokowi Tegur KLHK: Pengelolaan Hutan Jangan Berorientasi Proyek  

Jokowi ingin pengelolaan hutan dilakukan dengan menerapkan terobosan sehingga bisa mendukung perekonomian warga sekitar dan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Menteri Sofyan Akan Surati KLHK Soal Izin Pinjam Pakai Hutan  

9 Juli 2017

Menteri Sofyan Akan Surati KLHK Soal Izin Pinjam Pakai Hutan  

Pembangunan jalan tol Pekanbaru-Dumai di Riau terhambat kawasan hutan.

Baca Selengkapnya

Menebang Pohon di Hutan, Petani di Cilacap Ditangkap Polisi

26 Maret 2017

Menebang Pohon di Hutan, Petani di Cilacap Ditangkap Polisi

Sudjana berkukuh penebangan yang ia lakukan legal.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Serahkan Konsesi PT LUM untuk Warga Kepulauan Meranti

25 Maret 2017

Pemerintah Serahkan Konsesi PT LUM untuk Warga Kepulauan Meranti

Kementrian LHK menyerahkan konsesi PT Lestari Unggul Makmur seluas 10.390 ha ke warga Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau.

Baca Selengkapnya

Tolak Konsep Hutan Adat, Kalimantan Selatan Terapkan Hutan Desa

25 Maret 2017

Tolak Konsep Hutan Adat, Kalimantan Selatan Terapkan Hutan Desa

Konsep ini diyakini bisa menekan konflik lahan di daerah itu.

Baca Selengkapnya

Beda Kebiasaan, Kalimantan Selatan Kesulitan Tetapkan Hutan Adat  

25 Maret 2017

Beda Kebiasaan, Kalimantan Selatan Kesulitan Tetapkan Hutan Adat  

Menurut Hanif, warga adat Kalimantan Selatan biasa berladang berpindah secara pribadi.

Baca Selengkapnya