Cerita Imigran Bangladesh, Dua Bulan di Laut tanpa Makan

Reporter

Editor

Bobby Chandra

Jumat, 29 Mei 2015 07:44 WIB

Imigran Bangladesh (kanan) mengajarkan membaca huruf alfabet kepada imigran etnis Rohingya, Myanmar di lokasi penampungan Imigrasi kelas I khusus Medan, 23 Mei 2015. ANTARA/Irsan Mulyadi

TEMPO.CO, Aceh Timur - Keinginan Al Amin, 30 tahun, sederhana saja. Ia mencari kerja agar mendapat gaji sepuluh kali lipat dari yang ia terima di Bangladesh. Di Malaysia, konon Amin bisa memperoleh gaji 100 ribu taka (mata uang Bangladesh) atau sekitar Rp 16,5 juta per bulan. "Di Bangladesh paling 8-10 ribu kata," ujar Amin dalam bahasa Inggris patah-patah kepada Tempo di lokasi pengungsian di Desa Bayeun, Rantau Selamat, Aceh Timur, Kamis, 28 Mei 2015.

Meninggalkan istri dan dua anak berusia 5 dan 1 tahun, Amin pun menumpang kapal yang diharapkan akan membawanya ke Malaysia. Dia menyerahkan duit sebanyak 200 ribu taka atau sekitar Rp 33 juta kepada pedagang manusia untuk membawanya dengan kapal menuju Malaysia. Amin harus menaiki perahu kecil lebih dulu sebelum kemudian lanjut dengan kapal yang lebih besar.

Kapal itu diparkir di tengah laut lepas Bangladesh. Sudah ada orang-orang Rohingya dari Myanmar di atasnya saat Amin datang. Amin menghitung total penumpang lebih dari 400 orang. Kapal tersbeut jelas kelebihan muatan. Tali besar diikatkan mengelilingi lambung kapal untuk menahan agar kapal itu tak pecah lantaran kelebihan beban.

Penumpang kapal, kata Amin, tak punya pilihan posisi, kecuali duduk dengan memeluk lutut. Mereka dibariskan di atas dek kapal, tak bisa meluruskan kaki apalagi berbaring saking sesaknya penumpang. Safaid Hosin, 20 tahun, mengenang perjalanan itu dengan mata menerawang. "Kami di kapal empat bulan, dua bulan tak makan," ujar Safaid, yang juga meninggalkan seluruh keluarganya di Bangladesh demi mencari pekerjaan.

Awalnya, mereka diberi makan tiga kali sehari. Masing-masing berupa nasi sebesar kepalan tangan. Dengan cepat, frekuensi makan berubah jadi dua kali sehari, lalu hanya sekali di malam hari. Begitu pula dengan air minum. Satu botol minum harus dihemat untuk empat hari. Saat air bersih habis, mereka mencoba minum air laut, tapi asinnya tak tertahankan.

Akhirnya, tak ada pilihan lain selain meminum air kencing sendiri yang dicampur dengan potongan cabai untuk menyamarkan aromanya. Saat memasuki perairan Thailand, kapten kapal memohon izin pada otoritas setempat agar kapal boleh merapat. Izin tak diberikan. "Lima orang, kapten dan krunya, lalu naik kapal kecil. Mereka meninggalkan kami," ujar Safaid.

Kapal dengan mesin mati dan tanpa awak itu hanya bisa mengapung di lautan, mengikuti arus. Pemerintah Thailand sempat mendekati kapal itu dengan helikopter dan kapal untuk memberi makanan. Bahan makanan itu segera disambar pengungsi walau harus menceburkan diri ke lautan. Dengan sumbangan itulah mereka bertahan selama perjalanan.

Amin mengatakan pelayaran itu begitu mengerikan, sehingga ada sepuluh orang yang kehilangan akal. "Suatu hari mereka melompat saja dari atas kapal masuk ke lautan. Mereka tak kembali."

MOYANG KASIH DEWIMERDEKA

Berita terkait

Polemik Pengungsi Rohingya di Indonesia, Berikut Negara yang Menolak Kedatangan Mereka

18 Desember 2023

Polemik Pengungsi Rohingya di Indonesia, Berikut Negara yang Menolak Kedatangan Mereka

Keberadaan pengungsi Rohingya di Aceh mulai menambah masalah. Beberapa negara telah melakukan penolakan terhadap mereka.

Baca Selengkapnya

Peringatan Terakhir Pakistan, Ratusan Ribu Pengungsi Afghanistan Harus Angkat Kaki

26 Oktober 2023

Peringatan Terakhir Pakistan, Ratusan Ribu Pengungsi Afghanistan Harus Angkat Kaki

Keputusan itu diambil setelah warga Afghanistan diketahui terlibat dalam kejahatan, penyelundupan dan serangan terhadap pemerintah dan tentara.

Baca Selengkapnya

Jumlah Imigran Gelap yang ke Italia Naik Dua Kali Lipat

17 Agustus 2023

Jumlah Imigran Gelap yang ke Italia Naik Dua Kali Lipat

Italia mencatat ada 89.158 imigran gelap yang tiba di Negara Pizza itu periode Januari sampai Juli 2023 atau naik dua kali lipat

Baca Selengkapnya

PM Giorgia Meloni Mencoba Bangun Aliansi untuk Mengatasi Imigran Gelap

23 Juli 2023

PM Giorgia Meloni Mencoba Bangun Aliansi untuk Mengatasi Imigran Gelap

Giorgio Meloni berusaha membentuk aliansi luas negara-negara untuk mengatasi imigran gelap dan memerangi perdagangan manusia.

Baca Selengkapnya

Malaysia Pulangkan 12.380 Migran Gelap, Kebanyakan dari Indonesia, Filipina, Myanmar

1 April 2023

Malaysia Pulangkan 12.380 Migran Gelap, Kebanyakan dari Indonesia, Filipina, Myanmar

Malaysia akan memulangkan 12.380 warga negara asing karena melanggar aturan keimigrasian tahun ini.

Baca Selengkapnya

Usir Imigran Ilegal Afrika, Presiden Tunisia Menolak Tuduhan Rasisme

6 Maret 2023

Usir Imigran Ilegal Afrika, Presiden Tunisia Menolak Tuduhan Rasisme

Presiden Tunisia menolak tuduhan rasisme dan menunjukkan kemungkinan konsekuensi hukum bagi para pelaku serangan terhadap imigran ilegal.

Baca Selengkapnya

PM Inggris Bakal Bertindak Keras terhadap Imigran Gelap: Cukup Sudah

14 Desember 2022

PM Inggris Bakal Bertindak Keras terhadap Imigran Gelap: Cukup Sudah

Inggris berencana menggarap undang-undang baru untuk mencegah imigran yang melintasi Selat Inggris untuk tinggal di negara itu.

Baca Selengkapnya

46 Imigran Gelap Tewas di Kontainer, Petugas Menemukan Tumpukan Mayat

28 Juni 2022

46 Imigran Gelap Tewas di Kontainer, Petugas Menemukan Tumpukan Mayat

Petugas menemukan "tumpukan mayat" 46 imigran gelap dan tidak ada tanda-tanda air di dalam truk, yang ditinggalkan di sebelah rel kereta api

Baca Selengkapnya

46 Imigran Gelap Tewas dalam Kontainer di AS, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong

28 Juni 2022

46 Imigran Gelap Tewas dalam Kontainer di AS, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong

Kasus kematian 46 imigran gelap dalam kontainer di San Antonio, terungkap setelah seorang saksi men dengar ada suara teriakan minta tolong.

Baca Selengkapnya

50 TKI Ilegal Indonesia Ditangkap Polisi Begitu Mendarat di Selangor

28 Januari 2022

50 TKI Ilegal Indonesia Ditangkap Polisi Begitu Mendarat di Selangor

Polisi Malaysia menangkap 50 orang imigran gelap asal Indonesia ketika mendarat di pesisir Bagan Pasir, Selangor.

Baca Selengkapnya