Begini Pertarungan Politik Simbolik dalam Sabda Raja

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

Minggu, 10 Mei 2015 06:25 WIB

Sri Sultan HB X bersama dengan GKR Hemas duduk lesehan, memberikan audiensi dan penjelasan isi dari Sabda Raja di ndalem Wironegaran, Suryomentaraman, Panembahan, Yogyakarta, 8 Mei 2015. Sabda Raja dan Dawuh Raja bukanlah keinginan pribadi. Dirinya hanya melaksanakan dawuh Allah lewat leluhur Keraton. TEMPO/Pius Erlangga.

TEMPO.CO, Yogyakarta - Penjelasan Sultan Hamengku Bawono X mengenai isi Sabda Raja pada Jumat petang, 8 Mei 2015, menjadi perwujudan nyata praktek politik ala tradisi Keraton Jawa yang penuh dengan komunikasi simbol.

Pakar sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Sri Margana, menilai penjelasan Sultan mengenai alasannya mengeluarkan Sabda Raja jelas menjadi respons ke sikap adik-adiknya. "Politik simbol direspon secara simbolik juga," kata Margana pada Sabtu, 9 Mei 2015.

Dia menjelaskan, sebelumnya, para adik-adik Sultan, yang kecewa dengan isi Sabda Raja, menyatakan penolakan dengan berziarah ke makam leluhurnya di Imogiri dan Kotagede. Ziarah itu sekaligus untuk meminta maaf ke para arwah raja-raja Mataram Islam atas keputusan Sultan mengeluarkan Sabda Raja. "Ini protes dengan bahasa politik simbolik," kata dia.

Sultan kemudian meresponsnya dengan cara simbolik juga. Menurut Margana, fakta ini terlihat dari alasan Sultan, yang mengeluarkan Sabda Raja karena menerima bisikan para leluhurnya. "Politik di kerajaan Jawa selalu penuh dengan simbol seperti ini," kata Margana.

Bahasa politik simbolik, yang diungkapkan oleh Sultan mengenai Sabda Raja, juga sulit dibantah karena sesuai dengan pola sejarah tradisi suksesi di Keraton Yogyakarta dan Mataram Islam.

Margana mencontohkan legitimasi utama pengangkatan para raja di Keraton ialah wahyu tuhan lewat bisikan arwah raja-raja terdahulu. "Sultan-Sultan terdahulu menunjuk penggantinya atau mengeluarkan keputusan besar juga selalu berdasar wangsit leluhur," kata dia.

Margana mencontohkan, di buku Tahta Untuk Rakyat karya Sultan Hamengku Buwono IX menyebutkan kasus serupa. Setelah ditunjuk oleh Sultan Hamengku Buwono VIII sebagai raja baru, Sultan Hamengku Buwono IX lama sekali tidak meneken kontrak dengan pemerintah kolonial. "Padahal, ini jadi kewajiban setiap Sultan Keraton Yogyakarta saat itu," kata Margana.

Sultan Hamengku Buwono IX menulis, dia akhirnya juga meneken kontrak dengan kolonial. Alasannya, ada bisikan dari leluhurnya agar meneken kontrak dengan pemerintah Belanda. "Sultan HB IX disuruh teken saja, karena Belanda tak lama lagi keluar dari Jawa. Benar juga, setelah itu, Jepang datang," kata Margana.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM

Berita terkait

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

26 hari lalu

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

Sejumlah teknik dan jurus pencak silat awalnya eksklusif dan hanya dipelajari keluarga bangsawan. Namun telah berubah dan lebih inklusif.

Baca Selengkapnya

Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

47 hari lalu

Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

Kawasan Candi Prambanan Yogyakarta tampak ditutup dari kunjungan wisata pada perayaan Hari Raya Nyepi 1946, Senin 11 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

14 Februari 2024

Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

Sultan HB X seusai mencoblos hari ini memberikan pesan agar usai Pemilu, semua permasalahan, perbedaan antarcapres selesai.

Baca Selengkapnya

Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

9 Januari 2024

Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

Melalui hasil rapat panitia khusus disepakati ulang tahun Cirebon jatuh pada 1 Muharram 849 Hijriah

Baca Selengkapnya

3 Keraton di Cirebon Ini, Masukkan dalam Daftar Kunjungan Wisata Sejarah

2 November 2023

3 Keraton di Cirebon Ini, Masukkan dalam Daftar Kunjungan Wisata Sejarah

Cirebon punya berbagai destinasi wisata sejarah yang patut dikunjungi, di antaranya 3 Keraton, yakni Keraton Kasepuhan Cirebon, Kanoman, Kacirebonan.

Baca Selengkapnya

Keraton-Keraton di Indonesia Potensial Jadi Bagian dari Wellness Tourism

20 September 2023

Keraton-Keraton di Indonesia Potensial Jadi Bagian dari Wellness Tourism

Tanri Abeng menggelar talkshow yang membahas tentang wellness tourism dikaitkan dengan keberadaan 56 keraton di Indonesia.

Baca Selengkapnya

UNESCO Tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia, Panggung-Kraton-Tugu

19 September 2023

UNESCO Tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia, Panggung-Kraton-Tugu

UNESCO menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia dari Indonesia pada Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage.

Baca Selengkapnya

Destinasi Wisata 3 Keraton di Cirebon: Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan

29 April 2023

Destinasi Wisata 3 Keraton di Cirebon: Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan

Di Cirebon, terdapat 3 keraton yang memiliki sejarah yang unik, yakni Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Ini destinasi wisata di Cirebon.

Baca Selengkapnya

Catatan Peristiwa Memanas Keraton Surakarta dalam Kaleidoskop 2022

28 Desember 2022

Catatan Peristiwa Memanas Keraton Surakarta dalam Kaleidoskop 2022

Peristiwa konflik internal Keraton Surakarta yang memanas mewarnai pemberitaan media massa menjelang akhir tahun 2022

Baca Selengkapnya

Tiga Penjual Batik di Yogyakarta

15 Oktober 2022

Tiga Penjual Batik di Yogyakarta

Jika Anda ingin mencari kain batik dengan corak gaya modern, maka sangat direkomendasikan untuk pergi berbelanja di Batik Rumah Suryowijayan.

Baca Selengkapnya