Meski Berdamai, Polisi Tetap Usut Kasus Carok di Bangkalan
Editor
Endri Kurniawati
Kamis, 9 April 2015 18:58 WIB
TEMPO.CO, Bangkalan - Kepala Kepolisian Resor Bangkalan, Jawa Timur, Ajun Komisaris Besar Sulistiyono memastikan akan memproses hukum kasus carok di Desa Petapan Kramat, Kecamatan Labang, Rabu malam, 8 April 2015, meski kedua pihak yang bertikai menyatakan tidak akan menuntut tewasnya anggota keluarga mereka. "Damai dalam arti tidak akan ada aksi balas dendam. Tapi proses hukum tetap," kata Sulistiyono, Kamis, 9 April 2015.
Menurut dia, meski belum resmi, kesepakatan damai itu tergambar dari pernyataan para orang tua korban tewas dan luka-luka dari kedua desa yang menyatakan tidak akan memperpanjang kasus itu dengan melakukan tuntutan hukum. "Tidak menuntut karena kedua keluarga yang bertikai masih ada hubungan keluarga."
Hal senada diungkapkan Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Bangkalan Ajun Komisaris Andy Purnomo. Polres Bangkalan sedang menyelidiki motif pemicu carok. Sebab, selain teguran, ada yang menyebutkan carok itu dipicu senggolan sepeda motor. "Apa murni hanya kedua masalah itu atau ada peristiwa lain di antara kedua keluarga sehingga carok terjadi."
Menurut Andi, tidak mudah mencari warga yang mau bersaksi atas peristiwa itu. Beberapa warga di lokasi kejadian mengaku tidak tahu saat dimintai keterangan oleh polisi. "Yang pasti, kasus ini tetap kami proses. Bisa saja tersangkanya dari kedua pihak."
Carok itu terjadi dalam pementasan orkes dangdut di Desa Petapan Kramat, Rabu malam, 8 April 2015. Menurut versi polisi, carok dipicu teguran seorang pemuda bernama Jazuli, warga Desa Sendeng Dejeh, kepada Usman, pemuda warga Desa Petapan Kramat. Usman ditegur karena memacu kencang sepeda motornya saat melintas di dekat acara orkes. Versi lain menyebutkan Jazuli menegur karena sepeda motor Usman menyenggolnya.
Tak terima ditegur, Usman menampar Jazuli. Sebaliknya, tak terima ditampar, Jazuli memanggil keluarganya. Kubu Jazuli dan Usman akhirnya bertengkar sekitar 100 meter dari acara dangdutan itu. Dengan celurit, kedua kubu saling serang. Akibatnya, FU, warga Petapan, dan DI, warga Sendeng Dejeh, tewas. Jenazah FU ditemukan polisi di sebuah irigasi dengan kondisi kepala dan leher penuh luka bacokan.
Selain korban tewas, terdapat lima korban luka. Mereka adalah WI, 40 tahun, PI (28), dan US (28), warga Desa Petapan. Sedangkan dua korban lainnya yaitu AH dan JS, keduanya warga Desa Sendeng Dejeh. "Kedua korban sudah dikebumikan. Visum kami lakukan di rumah duka," kata Andy.
MUSTHOFA BISRI