TEMPO Interaktif, Sukoharjo:Pengrajin rotan di sentra kerajinan dan furnitur rotan di Trangsan, Sukoharjo, mengeluhkan tingginya harga bahan baku rotan. Pasca pencabutan larangan ekspor rotan setengah jadi, harga bahan baku ini naik hingga 50 persen. "Semua jenis rotan naik harganya. Tadinya Rp 6.000 kini naik jadi Rp 9.000," kata Sugiyarto, Minggu (7/8).Di Desa Trangsa, terdapat ratusan pengrajin rotan yang kebanyakan berorientasi ekspor. Menurut Sugiyarto, meski harga bahan baku rotan mahal, namun pihaknya tidak bisa menaikkan harga jual produksi karena terbentur persaingan dengan produsen furnitur rotan dari luar negeri, seperti Cina dan Vietnam. "Apalagi pembeli dari luar negeri telah mengetahui harga dasar produksi mebel dan kerajinan rotan di Indonesia," ujarnya.Selain harganya melambung, pasokan rotan juga sering terlambat. Sugiyarto mengaku harus menunggu hingga dua pekan untuk mendapatkan rotan yang dia beli dari sebuah agen di Surabaya. Di menduga, sulitnya untuk memperoleh rotan asalan dikarenakan ada permainan para penyalurrotan."Biasalah kalau banyak yang mencari kemudian barang itu menghilang. Kalau pun rotan itu diperoleh pasti harganya tinggi sekali," imbuh Wardoyo, seorang pengepul mebel rotan di daerah tersebut.Para pengrajin berharap agar pemerintah bisa mempertimbangkan kembali kebijakan perizinan ekspor rotan dalam bentuk asalan maupun setengah jadi. Para pengrajin mengkhawatirkan diperbolehkannya ekspor rotan tidak dalam bentuk furnitur atau barang jadi lainnya akan membuat barang hasil hutan tersebut menjadi barang langka.imron rosyid/anas syahirul