Bangkai kapal Nazi U-boat pada perang dunia II yang ditemukan oleh penyelam dari Kopaska TNI AL di lepas pantai Jawa, Indonesia. Penemuan bangkai kapal milik Hitler sang pemimpin Nazi ini merupakan pertama kalinya di perairan Indonesia. (Indonesian National Archeology)
TEMPO.CO, Banten - Bangkai kapal perang milik Australia dan Amerika Serikat yang hilang saat Perang Dunia II pada 1942, ditemukan di Perairan Selat Sunda. Bangkai kapal bernama HMS Perth dan USS Houston itu saat ini menjadi incaran para pencuri.
Posisi bangkai kapal HMS Perth berada pada kedalaman 26 meter di perairan Selat Sunda. Dari Pelabuhan Bojonegara, berjarak sekitar 4 mil dengan waktu tempuh selama 45 menit. Sementara bangkai kapal USS Houston berada di wilayah perairan yang sama pada kedalaman 77 meter. Jarak antara dua kapal perang itu hanya sekitar 3,4 mil.
Kepala Kantor Syahbandar Otoritas Pelabuhan (KSOP) Banten Nafri mengatakan, sambil menunggu kajian dari Direktorat Navigasi Kementerian Perhubungan RI, pihaknya bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNL-AL) dan Polair Polda Banten, untuk mengawasi keberadaan kapal tersebut.
"Untuk menjaga kapal tersebut, kami sudah berkoordinasi dengan instansi lain," kata Nafri, Rabu, 4 Februari 2015. Dia melanjutkan, pihaknya sudah bertemu dengan Atase Pertahanan Australia untuk Indonesia, peneliti cagar budaya, TNI Angkatan Laut, dan Direktorat Navigasi Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan.
Nafri mengatakan rapat koordinasi itu membahas alur pelayaran di Pelabuhan Bojonegara terkait dengan pengamanan daerah cagar budaya bawah laut dan keselamatan pelayaran di jalur tersebut. "Ini harus ada kajian yang cukup panjang jika akan dijadikan cagar budaya. Apalagi jalur tersebut banyak dilalui kapal," katanya.
Dia melanjutkan, pihaknya harus menjamin keselamatan pelayaran. "Ke depan, areal tersebut harus menjadi area terlarang untuk kapal buang jangkar," katanya.
Sebelumnya, Atase Pertahanan Australia untuk Indonesia Brigjen John Gould mengatakan keberadaan kapal perang milik Australia itu menjadi perhatian negara Australia. Apalagi banyaknya penambang besi tua ilegal yang mencuri bagian kapal yang terbuat dari perunggu dan kuningan. "Setahun yang lalu ada informasi pengambilan secara liar oleh nelayan. Karena ada sekitar 6,5 ribu ton perunggu di kapal tersebut," katanya.