Pengunjung membandingkan dua batu akik di sebuah toko di Jakarta Gems Center, Rawa Bening, Jakarta, 3 Januari 2014. Perdagangan batu akik per butir berkisar Rp35 ribu-2 juta, yang kisarannya hingga Rp5-10 miliar per hari. TEMPO/Subekti.
TEMPO.CO, Subang - Kegandrungan terhadap batu cincin di kalangan staf dan pejabat Pemerintah Kabupaten Subang, Jawa Barat, membuat Bupati Ojang Sohandi angkat bicara. "Saya risi," ujarnya saat bicara di hadapan jamaah Maulid Nabi Muhammad di Masjid Agung Subang, Rabu, 21 Januari 2015.
Ojang mengaku risi karena kegemaran para staf dan pejabatnya terhadap batu cincin, terutama batu akik, telah mengalahkan semua agenda prioritas kerja. "Setiap hari yang dijadikan topik diskusi selalu batu akik," ujar Ojang dengan nada kesal. (Baca: Wali Kota Ini Jualan Batu Akik Saat Rapat.)
Padahal garapan kerja yang diprioritaskan hasilnya masih jauh dari harapan. Misalnya, masalah peningkatan mutu pendidikan, kesehatan, dan derajat ekonomi masyarakat yang tengah digenjot melalui program Gerakan Pembangunan Rakyat (Gapura).
"Mengerjakan semua program gapura jauh lebih penting daripada mendiskusikan soal batu akik," tutur Ojang. Ia berharap kegandrungan PNS dan masyarakat terhadap batu akik tersebut tidak menjadi penanda buruk buat sebuah keadaan. (Baca: Tren Batu Akik Melanda Anak Muda.)
Seorang PNS tak menampik sindiran Ojang. "Realitanya memang begitu," katanya. Ia juga mengaku terbawa arus booming batu akik tersebut. "Karena hampir semua kawan sekantor selalu membicarakan batu akik," ujar staf bagian sosial itu sambil nyengir.
Sekretaris Daerah Subang Abdurakhman mengimbau agar momentum Maulid Nabi Muhammad ini dijadikan penyemangat kebangkitan kinerja PNS sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. "Adapun soal mendiskusikan khasiat batu ali, itu bisa nyerempet-nyerempet pada kemusyrikan," ujarnya.
Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan
42 hari lalu
Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan
Komunitas Indonesia Fashion Chamber (IFC) Yogyakarta meyakini, besarnya pasar wisatawan di Yogyakarta menjadi anugerah tersendiri untuk terus menghidupkan ekonomi kreatif di Kota Gudeg.