TEMPO.CO, Lamongan - Para nelayan di pantai utara Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, sudah sepekan tidak melaut karena cuaca buruk. Di laut, angin kencang berembus dan ketinggian ombak mencapai 3 meter. "Nelayan tidak mungkin melaut dalam cuaca seperti sekarang," kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cabang Lamongan, Agus Mulyono, kepada Tempo, Rabu, 13 Januari 2015.
Menurut Agus, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, para nelayan bekerja serabutan. Ada yang menjadi kuli bangunan, tukang becak, hingga tukang ojek. Istri mereka dipekerjakan sebagai buruh harian di perusahaan pengolahan ikan. Sebagian di antara nelayan bahkan mulai menggadaikan barang elektronik, sepeda dayung, dan sepeda motor. Ada pula yang meminjam uang ke koperasi.
Agus menjelaskan di Lamongan terdapat sekitar 12 ribu nelayan. Perkampungan nelayan di pantai utara Lamongan memanjang sekitar 30 kilometer dari Kecamatan Brondong hingga Kecamatan Paciran.
Sebagian dari mereka adalah nelayan tradisional. Peralatan tangkap ikan mereka sangat sederhana. Perahu mereka berukuran sedang, panjang 6 meter dan lebar 1,5 meter. Ada juga yang memiliki perahu mesin ukuran lebar 2 meter dan panjang 12 meter. Namun jumlahnya tidak banyak.
Agus berharap agar Pemerintah Kabupaten Lamongan memperhatikan nasib para nelayan, terutama pada musim paceklik seperti sekarang ini.
Camat Paciran, Suharto, mengatakan Pemerintah Kabupaten Lamongan telah menyiapkan bantuan berupa sembako. Program bantuan, yang biayanya diambil dari pos dana tanggap darurat, selalu diberikan setiap musim nelayan tak melaut akibat cuaca buruk. “Sudah kami siapkan,” ujarnya.
Suharto menjelaskan rata-rata setiap kepala keluarga mendapatkan bantuan 2,5 kilogram hingga 5 kilogram paket sembako setiap pekan. Pemerintah Kabupaten Lamongan juga tetap melaksanakan program pembinaan terhadap para nelayan serta bantuan peralatan tangkap, seperti mesin tempel dan jaring.
Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih
11 hari lalu
Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih
Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.