Sejumlah eskavator membuat tanggul baru untuk menahan luapan lumpur Lapindo yang meluber ke perkampungan di desa Kedungbendo, Porong, Sidoarjo, 14 Desember 2014. Curah hujan yang tinggi dan naiknya volume lumpur membuat tanggul di titik 73 tidak mampu menahan lumpur. TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO, Sidoarjo - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) menyedot air lumpur pekat yang tingginya sekitar 40 sentimeter yang menggenangi rumah-rumah warga. “Kami siagakan satu mobil mesin penyedot untuk mengurangi air di perumahan warga,” kata juru bicara BPLS, Dwinanto Hesty Prasetyo, di lokasi tanggul jebol di titik 73 A, Jumat, 26 Desember 2014. (Baca: Tanggul Lapindo Jebol Lagi, Warga Mengungsi)
Mobil mesin penyedot itu sifatnya mobile, sehingga selalu siaga untuk mengurangi air lumpur, baik di perumahan warga maupun di jalan arteri Jalan Raya Porong Sidoarjo. “Kapasitasnya 15 liter kubik per menit,” kata Dwinanto.
Kapasitas mesin ini masih terbilang kecil dibandingkan mesin penyedot milik BPLS yang disiagakan di tanggul penahan lumpur Lapindo. Dwinanto mengakui mesin itu efektif untuk menyedot air lumpur di permukiman warga yang rumahnya tergenang air. “Kami sudah operasikan sejak kemarin malam sekitar pukul 22.00.”
Hasilnya, meskipun titik 73 A jebol, air lumpur yang menggenangi permukiman warga mulai surut sejak tadi pagi. Ketinggian genangan air lumpur di permukiman warga kini setinggi 10 sentimeter. Meski begitu, air lumpur itu masih menggenangi kamar-kamar rumah warga. Warga terpaksa menguras rumah mereka sendiri. “Kata petugas BPLS, sekarang sudah tidak bisa disedot lagi karena terlalu dangkal,” kata Sulastri, seorang korban lumpur Lapindo, sambil menguras air lumpur dengan ember.
Menurut Sulastri, sisa air lumpur itu sudah tidak bisa dialirkan karena mengendap dan tidak bisa mengalir sendiri ke Kali Ketapang. “Kami hanya bisa mengurasnya sendiri. Kurang berhasil karena masih masuk ke kamar, jadi ditunggu saja sampai surut sendiri.” (Baca: Jokowi Jangan Bayar Ganti Rugi Via Lapindo, Kenapa?)
Hingga laporan ini ditulis, mobil mesin penyedot itu masih terparkir di perumahan warga. Pipa besarnya masih terpasang dari tempat penyedotan. Air lumpurnya dibuang ke Kali Ketapang, sehingga Kali Ketapang semakin kritis. (Baca: SBY-Jokowi Habiskan Rp 5,8 T Biayai Lapindo)