Kenapa Warga Cuek Longsor, Ketua BNPB Punya Cerita  

Reporter

Editor

Elik Susanto

Jumat, 19 Desember 2014 07:37 WIB

Syamsul Maarif. TEMPO/ Tony Hartawan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syafii Maarif mengatakan korban tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, menjadi bagian dari sejarah yang paling berharga dalam periode penanggulangan bencana. "Semua orang melihat longsor Banjarnegara menjadi folklore, cerita hidup dan jadi pelajaran berharga masyarakat," kata Syafii seusai rapat koordinasi bersama Kepala Badan Geologi Surono di Yogyakarta, Kamis petang, 18 Desember 2014.

Syarif menuturkan, saat bencana tanah longsor melanda Kecamatan Banjarmangu, Banajarnegara, pada 1955, jumlah korban tiga kali lipat lebih banyak dibanding di Dusun Jemblung, yakni mencapai 322 orang. Namun, peristiwa di Banjarmangu kurang menjadi pelajaran, sehingga korban dalam jumlah banyak kembali terjadi. Menurut dia, banyak pemukiman yang tak memedulikan kawasan rawan bencana.

"Jika jadi cerita masyarakat dan terus disebarkan, secara kultural kesadaran siaga bencana akan terbentuk," katanya. Kesadaran kultural memudahkan koordinasi tingkat struktural untuk penggulangan bencana. "Presiden Joko Widodo meminta pemerintah daerah kembali melatih masyarakat tanggap bencana," kata Syafii.

Adapun Kepala Badan Geologi Surono menuturkan Banjarnegara merupakan wilayah dengan banyak dataran yang memiliki potensi longsor kategori menengah-tinggi. "Potensi longsor berada di kawasan bertanah subur, kaya air, dan banyak dipilih masyarakat untuk membangun permukiman," ujar Surono. (Baca: 20 Jenazah Longsor Banjarnegara Dimakamkan)

Presiden Joko Widodo menginstruksikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk segera memasang alat deteksi dini guna mengantisipasi potensi tanah longsor susulan. "Pak Presiden memerintahkan agar kami segera memasang ekstensometer di titik-titik yang masih rawan," ujar Surono.

Esktensometer merupakan alat deteksi dini bencana tanah longsor. Alat ini bukan barang impor, melainkan kreasi Universitas Gadjah Mada bersama Badan Geologi. Dari dua lembaga ini telah disumbangkan 20 esktensometer yang bakal dipasang pada Desember ini. "Mulai pemasangan dari Banjarnegara, Wonosobo-Dieng, lalu merambat ke arah Jawa Barat bagian selatan," kata Syafii. (Baca: Dua Penyebab Longsor Banjarnegara Versi UGM)

Pemilihan titik pemasangan ekstensometer itu mengacu pada data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika tentang kawasan yang diprediksi dilanda curah hujan paling tinggi.


"Desember sampai Februari ke depan curah hujan (kawasan Jawa Tengah sekitarnya) berada dalam fase monsunal, yang sangat mempengaruhi potensi longsor untuk dataran curam," kata Syafii.

Pola hujan monsunal ditandai dengan tingginya curah hujan dalam jangka waktu relatif pendek. Adapun prioritas pemasangan ekstensometer di wilayah lain Indonesia akan mengacu pada masterplan peta puncak hujan di berbagai daerah. "Misalnya untuk Maluku, ternyata puncak hujan baru terjadi Juni-Juli," ujar Syafii Maarif.

Mulai Januari 2015, pihak UGM akan mengirimkan lagi 20 unit ekstensometer untuk dipasang di luar Jawa Tengah. "Seluruhnya menggunakan dana siap pakai yang ada di BNPB. Saat ini ada Rp 89 miliar, tapi bukan hanya untuk longsor Banjarnegara saja," kata Syafii. Namun Syafii meminta masyarakat tak terlalu bergantung pada alat tersebut. Sebab, jika warga tinggal di kawasan yang memiliki lereng sangat curam, saat musim hujan, kawasan tersebut diprediksi tetap akan longsor.

PRIBADI WICAKSONO

Terpopuler

Tertinggal Pesawat, Dhani: Pilot Garuda Kampret
JK Ketua Umum PMI, Titiek: Saya Tetap Menang
Kisah Ahok dan Keluarga Saat Diancam Preman Pluit
Rupiah Jeblok, SBY Bela Jokowi

Berita terkait

Mahasiswa Unnes Ciptakan Alat Pemantau Longsor di Banjarnegara

7 Maret 2022

Mahasiswa Unnes Ciptakan Alat Pemantau Longsor di Banjarnegara

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) menciptakan alat pemantau longsor. Alat tersebut sudah dipasang di Banjarnegara.

Baca Selengkapnya

Longsor Banjarnegara, 4 Orang Ditemukan Tewas

20 November 2021

Longsor Banjarnegara, 4 Orang Ditemukan Tewas

Longsor Banjarnegara pada Jumat malam menimpa dua rumah warga.

Baca Selengkapnya

Longsor di Banjarnegara Disebabkan Tanggul Irigasi Jebol

2 November 2019

Longsor di Banjarnegara Disebabkan Tanggul Irigasi Jebol

Longsor ini menyebabkan dua rumah tertimbun dan satu orang meninggal.

Baca Selengkapnya

Longsor di Banjarnegara, Satu Orang Meninggal Dunia

2 November 2019

Longsor di Banjarnegara, Satu Orang Meninggal Dunia

Retakan tanah tersebut berlokasi di sebelah timur rumah yang kemudian tertimbun longsor.

Baca Selengkapnya

Longsor di Banjarnegara 1 Orang Tewas

25 September 2016

Longsor di Banjarnegara 1 Orang Tewas

Rumah itu tertimpa reruntuhan tanah dan menewaskan satu orang dan delapan anggota keluarga lainnya luka-luka.

Baca Selengkapnya

3 Warga Banjarnegara Jadi Korban Longsor Susulan

19 Juni 2016

3 Warga Banjarnegara Jadi Korban Longsor Susulan

Ketiga korban sedang membersihkan longsor saat terjadi
longsor susulan.

Baca Selengkapnya

Longsor Banjarnegara, Enam Korban Sudah Dimakamkan

19 Juni 2016

Longsor Banjarnegara, Enam Korban Sudah Dimakamkan

Korban meninggal di Grumbul Wanarata disebabkan tertimbun material longsor susulan saat sedang bekerja bakti menyingkirkan longsoran.

Baca Selengkapnya

Longsor di Banjarnegara, 6 Warga Meninggal

19 Juni 2016

Longsor di Banjarnegara, 6 Warga Meninggal

Enam orang yang meninggal sudah dievakuasi, sementara satu korban masih dalam pencarian.

Baca Selengkapnya

Darurat Longsor Banjarnegara Berakhir, Potensi Lonsor Masih Ada

13 April 2016

Darurat Longsor Banjarnegara Berakhir, Potensi Lonsor Masih Ada

Potensi longsor masih ada apabila curah hujan tinggi.

Baca Selengkapnya

Longsor Banjarnegara, Warga Kuras Kolam Ikan  

31 Maret 2016

Longsor Banjarnegara, Warga Kuras Kolam Ikan  

Longsoran diperkiraan sudah bergerak sejauh 2-3 kilometer dari ujung hingga bawah. Sedang lebar longsoran 100 -200 meter.

Baca Selengkapnya