TEMPO.CO, Yogyakarta - Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Dwikorita Karnawati mengatakan longsor yang terjadi di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, pada Jumat lalu, disebabkan faktor alam dan kesalahan pengelolaan kawasan.
"Di sana banyak dilalui oleh jalur patahan," kata pakar geologi dan pergerakan tanah ini di UGM pada Ahad, 14 Desember 2014.
Tanah longsor di Banjarnegara terjadi pada Jumat pukul 18.00 WIB. Ada 54 rumah yang tertimbun tanah. Akibatnya, 88 orang hilang, belasan orang tewas, 11 luka berat, dan 4 terluka. (Baca juga: Ke Lokasi Longsor, Jokowi Dialog dengan Petani)
Dwikorita sudah berkunjung ke lokasi longsor di Banjarnegara bersama tim investigasi bentukan UGM pada Sabtu sore, 13 Desember 2014. Tim itu kini masih berada di Banjarnegara untuk memetakan kawasan rawan lainnya. (Baca juga: Longsor Banjarnegara, Jokowi Fokus Urus Evakuasi)
Dwikorita menjelaskan akibat adanya sejumlah jalur patahan, kawasan Kecamatan Karangkobar memiliki tekstur daratan berbukit yang memiliki lereng curam dan tegak. Jalur-jalur patahan itu juga mengakibatkan ikatan lapisan batuan penyangga tanah saling terbelah dan rapuh. (Baca: Dalam Lima Tahun, Banjarnegara Longsor 15 Kali)
Efek patahan, yang memudahkan longsor terjadi ini, didukung dengan karakter lapisan di bawah tanah yang berupa batu lempung atau napal. Saat hujan lebat terjadi, air yang meresap ke dalam tanah tertahan oleh lapisan batuan itu.
Akibatnya, permukaan batuan menjadi licin. Gundukan tanah dalam jumlah besar di atas lapisan itu mudah bergerak melaju ke area bagian bawah. “Saya sudah pegang contoh lapisan batuan napal itu, permukaannya licin dan terpecah-pecah sehingga juga rawan ikut longsor,” kata Dwikorita.
Lapisan tanah di atas batuan juga gembur karena banyak ditumbuhi pepohonan jenis perdu atau tingginya kurang dari enam meter. Adapun pohon-pohon lain yang tidak memiliki akar tunggang juga banyak tumbuh di sekitar lokasi longsor.
Selain karakter wilayah yang memang rawan, Dwikorita mengamati banyak drainase berkualitas buruk. Hujan lebat menyebabkan banyak air meluber ke luar drainase dan membebani lapisan tanah di lereng.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Berita lain:
Kemenkoinfo: TPI Tak Berhak Bersiaran
Ditemukan 10 Korban Longsor dalam Satu Mobil Colt
Ini Kegiatan Jokowi di Lokasi Longsor Banjarnegara
Berita terkait
Mahasiswa Unnes Ciptakan Alat Pemantau Longsor di Banjarnegara
7 Maret 2022
Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) menciptakan alat pemantau longsor. Alat tersebut sudah dipasang di Banjarnegara.
Baca SelengkapnyaLongsor Banjarnegara, 4 Orang Ditemukan Tewas
20 November 2021
Longsor Banjarnegara pada Jumat malam menimpa dua rumah warga.
Baca SelengkapnyaLongsor di Banjarnegara Disebabkan Tanggul Irigasi Jebol
2 November 2019
Longsor ini menyebabkan dua rumah tertimbun dan satu orang meninggal.
Baca SelengkapnyaLongsor di Banjarnegara, Satu Orang Meninggal Dunia
2 November 2019
Retakan tanah tersebut berlokasi di sebelah timur rumah yang kemudian tertimbun longsor.
Baca SelengkapnyaLongsor di Banjarnegara 1 Orang Tewas
25 September 2016
Rumah itu tertimpa reruntuhan tanah dan menewaskan satu orang dan delapan anggota keluarga lainnya luka-luka.
Baca Selengkapnya3 Warga Banjarnegara Jadi Korban Longsor Susulan
19 Juni 2016
Ketiga korban sedang membersihkan longsor saat terjadi
longsor susulan.
Longsor Banjarnegara, Enam Korban Sudah Dimakamkan
19 Juni 2016
Korban meninggal di Grumbul Wanarata disebabkan tertimbun material longsor susulan saat sedang bekerja bakti menyingkirkan longsoran.
Baca SelengkapnyaLongsor di Banjarnegara, 6 Warga Meninggal
19 Juni 2016
Enam orang yang meninggal sudah dievakuasi, sementara satu korban masih dalam pencarian.
Baca SelengkapnyaDarurat Longsor Banjarnegara Berakhir, Potensi Lonsor Masih Ada
13 April 2016
Potensi longsor masih ada apabila curah hujan tinggi.
Baca SelengkapnyaLongsor Banjarnegara, Warga Kuras Kolam Ikan
31 Maret 2016
Longsoran diperkiraan sudah bergerak sejauh 2-3 kilometer dari ujung hingga bawah. Sedang lebar longsoran 100 -200 meter.
Baca Selengkapnya