Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan mengikuti rapat kerja bersama komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD), di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Selatan, Rabu, 19 November 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan menyatakan tak ada persoalan dengan kurikulum yang diterapkan di Indonesia, asalkan kualitas para guru sudah baik.
"Jika kualitas guru ditingkatkan, kurikulum yang dititipkan apa saja pasti bisa," ujar Anies dalam sebuah diskusi bertajuk "Mencari Kurikulum yang Maksimum" di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 13 Desember 2014. (Baca: Menteri Anies: Buku Kurikulum 2013 Tetap Dibagikan)
Menurut dia, permasalahan pada penerapan Kurikulum 2013 bisa diatasi dengan cara meningkatkan kualitas guru. Pelatihan intensif, misalnya, akan membuat kualitas guru kian membaik. (Baca: K13, Mohammad Nuh Abaikan Rekomendasi Itjen?)
Anies menuturkan para guru yang mengalami kesulitan dapat menimba pengalaman di sekolah rujukan yang menerapkan Kurikulum 2013. "Jadi, mereka bisa mengikuti proses belajar di sekolah tersebut," kata Anies. (Baca: Anies: Mau Pakai Kurikulum 2013, Silakan)
Adapun Ketua Federasi Serikat Guru Indonesia Retno Listiyarti mengatakan kualitas guru di Indonesia tergolong rendah. Berdasarkan catatan Bank Dunia soal kualitas guru, Indonesia menempati peringkat paling bawah di Asia. (Baca: Ngotot Kurikulum 2013, Pejabat Ingin Temui Anies)
"Data Bank Dunia pada 2012, guru kita berada di urutan ke-12 dari 12 negara Asia," tutur Retno. Kajian itu, ujar dia, berdasarkan hasil rekaman video di dalam kelas. "Jadi, kualitas guru memang harus ditingkatkan." (Baca: Nuh Bersedia Diskusi Kurikulum 2013 dengan Anies)
Menurut Retno, kurikulum itu seperti mobil, sementara guru adalah sang juru kemudi. Jika guru tak mampu menguasai kurikulum, anak didik yang menjadi korban. "Guru harus bisa mengendarai kurikulum agar bisa mengarahkan penumpang." (Baca juga: Muhammad Nuh: Kurikulum 2013 Bukan Ajaran Sesat)