Anggota Satuan Tugas Perdagangan Manusia, Brigadir Rudi Soik, diserahkan ke Kejaksaan Tinggi NTT, 24 November 2014. Polisi yang melaporkan atasannya karena dianggap menghentikan penyelidikan kasus trafficking TKI ini dituduh melakukan penganiayaan terhadap calo TKI. TEMPO/Jhon Seo
TEMPO.CO, Kupang - Sejumlah tokoh agama dan masyarakat Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang tergabung dalam Aliansi Penolakan Perdagangan Manusia (Ampera) menggelar seribu lilin dan malam renungan di Jalan El Tari, depan rumah jabatan Gubernur NTT, Rabu malam, 10 Desember 2014 (baca juga: Laporkan Atasan Rudi Soik Dijadikan Tersangka ).
Aksi ini sebagai bentuk penolakan terhadap masalah perdagangan orang (trafficking) yang marak terjadi di daerah itu. Selain itu, untuk mendukung langkah Brigadir Rudi Soik mengungkap mafia trafficking yang diduga melibatkan petinggi Kepolisian Daerah NTT.
Aksi seribu lilin yang dipasang berjejer di sepanjang Jalan El Tari ini mendapat simpati dari pengguna jalan yang melintas. Bahkan tak sedikit pengguna jalan yang menghentikan kendaraannya untuk berpartisipasi dalam aksi seribu lilin itu. "Aksi seribu lilin ini juga untuk memperingati Hari Hak Asasi Manusia," kata Romo Leo Malli, koordinator aksi tersebut (baca juga: PJTKI yang Diselidiki Brigadir Rudi Soik Ditutup).
Pada kesempatan itu, mereka juga menggelar doa dan renungan atas matinya penegakan hukum masalah trafficking di daerah ini. "Lilin yang dinyalakan ini sebagai tanda solidaritas bagi saudara-saudara kita yang mendapat perlakuan kasar akibat mafia perdagangan manusia ini," katanya.
Pembakaran lilin ini menjadi harapan agar tidak berputus asa dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan perdagangan manusia di daerah ini. "NTT berada pada urutan pertama masalah perdagangan orang di Indonesia," katanya. Aksi seribu lilin ini juga diikuti keluarga Brigadir Rudi Soik, seperti ayahnya, Filmon Soik, dan Ibu Nonce Soik.
PM Italia Giorgia Meloni Buat Aliansi untuk Atasi Masalah Imigran
24 Juli 2023
PM Italia Giorgia Meloni Buat Aliansi untuk Atasi Masalah Imigran
Dipimpin Perdana Menteri Italia, negara-negara dari Mediterania, Timur Tengah, dan Afrika pada Minggu menyepakati langkah-langkah untuk mencoba memperlambat alur imigran.