KPK Ingatkan Jokowi untuk Konsisten Berantas Korupsi

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Rabu, 26 November 2014 07:00 WIB

Pimpinan KPK dan juga sebagai calon Pimpinan KPK Busyro Muqoddas, di diskusi `Mengenal Sosok Capim KPK dan Gagasan Pemberantasan Korupsi Capim KPK` di Cikini, Menteng, Jakarta, 7 Oktober 2014. Tempo/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi meminta Presiden Joko Widodo konsisten terhadap komitmennya dalam memerangi rasuah. Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas mengatakan konsistensi Jokowi tersebut dipertanyakan karena sependapat dengan wacana tahapan pemeriksaan terhadap kepala daerah. (Baca: Komisi Hukum Kaji Seleksi Pimpinan KPK Sekaligus)

"Sebaiknya Presiden Jokowi konsisten, pemangggilan gubernur langsung saja, tidak perlu lewat asosiasi. Itu tidak ada dalil atau argumen yang logis," ujar Busyro di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Selasa, 25 November 2014. Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia yang ingin kepala daerah bila diduga terkena kasus korupsi, harus diperiksa terlebih dahulu oleh aparat pengawas internal pemerintah sebelum ditangani penegak hukum. (Baca: KPK Sorot Pimpinan Baru DPR)

Menurut Busyro, sistem yang dicetuskan oleh ketua asosiasi yang juga Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo itu menegaskan cara berpikir yang membuat mata rantai birokrasi menjadi ruwet. Padahal, kata dia, pemerintahan yang efektif itu sistem birokrasinya tidak melingkar-lingkar.

Dari sudut kepentingan penyelidikan maupun penyidikan, kata dia, usulan tersebut akan memperlambat proses pengusutan suatu kasus. "Potensi menghilangkan bukti-bukti menjadi semakin besar. Jadi tidak reasonable," ujar mantan komisioner Komisi Yudisial itu. (Baca: Tren Koruptor Bergeser ke Ibu-ibu dan PNS Muda)

Busyro menilai pernyataan Syahrul malah terkesan semacam pembualan. Yang terpenting, kata dia, gubernur-gubernur itu menunjukkan secara jujur kepada masyarakat lewat media bahwa seorang kepala daerah itu tidak mengidap persoalan yang terkait dengan gratifikasi maupun laporan harta kekayaan. "Tidak mengidap persoalan yang dikaitkan dengan nepotisme dan politik oligarki, transparan dengan gratifikasi dan laporan harta kekayaan," ujarnya.

Dia menantang para kepala daerah itu transparan ke masyarakat. Caranya, dengan mengumumkan anggaran pendapatan dan belanja daerah sekaligus pembelanjaannya di papan-papan informasi yang mudah diakses masyarakat. "Bahasa yang disampaikan gubernur kemarin itu lebih banyak menuntut," kata Busyro.

LINDA TRIANITA

Baca berita lainnya:
Pleno Golkar Pecat Ical dan Idrus Marham
Voting Time, Jokowi Tekuk Presiden hingga Artis

Operasi Diam-diam Susi Pantau Illegal Fishing

Enam Tokoh Ini Disebut-sebut Bakal Jadi Wakil Ahok

Berita terkait

Deretan Mobil Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung, dari Rolls Royce sampai Ferrari

15 jam lalu

Deretan Mobil Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung, dari Rolls Royce sampai Ferrari

Berikut sederet mobil Harvey Moeis yang telah disita Kejaksaan Agung.

Baca Selengkapnya

Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewan Pengawas KPK Albertina Ho, Ini Tugas Dewas KPK

19 jam lalu

Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewan Pengawas KPK Albertina Ho, Ini Tugas Dewas KPK

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron melaporkan anggota Dewas KPK Albertina Ho. Berikut tugas dan fungsi Dewas KPK

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

20 jam lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

KPK Tak Kunjung Terbitkan Sprindik Baru Eddy Hiariej, Terhambat di Direktur Penyelidikan KPK atas Perintah Polri

21 jam lalu

KPK Tak Kunjung Terbitkan Sprindik Baru Eddy Hiariej, Terhambat di Direktur Penyelidikan KPK atas Perintah Polri

Sprindik Eddy Hiariej belum terbit karena Direktur Penyelidikan KPK Brijen Endar Priantoro tak kunjung meneken lantaran ada perintah dari Polri.

Baca Selengkapnya

Soal Sidang Etik Digelar pada 2 Mei, Nurul Ghufron Tuding Dewas KPK Tak Menghormati Hukum

22 jam lalu

Soal Sidang Etik Digelar pada 2 Mei, Nurul Ghufron Tuding Dewas KPK Tak Menghormati Hukum

Wakil Ketua KPK, Nurul Ghufron, mengatakan telah melaporkan dugaan pelanggaran etik anggota Dewas KPK Albertina Ho sejak bulan lalu.

Baca Selengkapnya

Laporkan Dewas KPK Albertina Ho, Nurul Ghufron Klaim Informasi Transaksi Keuangan Merupakan Data Pribadi

23 jam lalu

Laporkan Dewas KPK Albertina Ho, Nurul Ghufron Klaim Informasi Transaksi Keuangan Merupakan Data Pribadi

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron mengklaim informasi transaksi keuangan merupakan data pribadi yang bersifat rahasia.

Baca Selengkapnya

Konflik Nurul Ghufron dengan Anggota Dewas Albertina Ho, KPK: Tidak Ada Berantem

1 hari lalu

Konflik Nurul Ghufron dengan Anggota Dewas Albertina Ho, KPK: Tidak Ada Berantem

Juru bicara KPK Ali Fikri mengatakan laporan Nurul Ghufron tersebut murni pribadi.

Baca Selengkapnya

Pengamat dan Aktivis Antikorupsi Bicara Soal Seteru di Internal KPK, Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho

1 hari lalu

Pengamat dan Aktivis Antikorupsi Bicara Soal Seteru di Internal KPK, Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho

Aktivis dan pengamat antikorupsi turut menanggapi fenomena seteru di internal KPK, Nurul Ghufron laporkan Albertina Ho. Apa kata mereka?

Baca Selengkapnya

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

1 hari lalu

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri, mengatakan laporan yang disampaikan bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta, Eko Darmanto, masih ditindaklanjuti.

Baca Selengkapnya

Albertina Ho Tanggapi Pernyataan Nurul Ghufron soal Surat Edaran Dianggap Tak Berstatus Hukum

1 hari lalu

Albertina Ho Tanggapi Pernyataan Nurul Ghufron soal Surat Edaran Dianggap Tak Berstatus Hukum

"Ah biar sajalah. Kan Ketua PPATK sudah bilang, ada aturannya kan," kata Albertina Ho.

Baca Selengkapnya